TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan kondisi perekonomian global sepanjang 2023 yang menjadi perhatian pemerintah.
"Salah satu faktor yang men-drive (dorong) desain dari APBN 2023 adalah lingkungan global yang penuh disruption (disrupsi) mengenai rantai pasoknya," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta Pusat pada Selasa, 2 Januari 2024.
Dia menjelaskan, kondisi global yang penuh disrupsi disebabkan oleh berbagai hal. Mulai dari masalah geopolitik, bencana alam, hingga volatilitas sektor keuangan karena penyesuaian terhadap situasi inflasi tinggi dan persaingan geopolitik.
"Kita lihat Amerika, perekonomian cukup resilien walaupun suku bunga sudah dinaikkan hingga di atas 5 persen, 5,25 persen," ungkap Sri Mulyani.
Sementara itu, dia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Eropa tengah mengalami pelemahan dengan suku bunga dan inflasi yang tinggi. Menurut Sri Mulyani, resiliensi Amerika Serikat (AS) lebih resilien dibandingkan Eropa.
"Tiongkok dihadapkan pada situasi domestik, yaitu sektor properti dan permintaan domestik yang melemah," ucap Sri Mulyani.
Sementara kawasan Asia Tenggara masih resilien dari sisi ekonomi. Bahkan, kata dia, mendapatkan dampak positif dari persaingan geopolitik.
"Sehingga epicentrum of growth sesuai dengan keketuaan Indonesia di ASEAN itu masih bisa kredibel, kredibel merefleksikan situasi itu," ujar Bendahara Umum Negara (BUN) ini.
Pilihan Editor: Sri Mulyani Gelontorkan Anggaran Pemilu Rp 29,9 Triliun pada 2023