TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 41 poin ke level Rp 15.484 per dolar Amerika Serikat (dolar AS) pada perdagangan Jumat sore, 22 Desember 2023. Sebelumnya, rupiah sempat melemah 50 poin ke level Rp 15.525 per dolar AS.
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif tapi ditutup menguat di kisaran Rp 15.460 hingga Rp 15.560 per dolar AS,” ujar analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, Jumat.
Dalam laporannya, Ibrahim menyoroti indeks dolar AS yang melemah pada hari ini. “Dolar berada pada titik terendah dalam 4 bulan, dengan fokus pada inflasi PCE Indeks dolar dan indeks dolar berjangka yang sedikit bergerak setelah tenggelam ke level terlemahnya sejak awal Agustus,” kata dia.
Adapun inflasi Amerika Serikat masih berada dalam tren yang jauh di atas target tahunan Bank Sentral AS alias The Fed sebesar 2 persen. “Dengan tanda-tanda kekakuan yang lebih besar menunjukkan bahwa The Fed akan mengambil langkah-langkah yang kurang dovish pada 2024,” ucap analis itu.
Skenario seperti itu, kata dia, dapat memicu kemunduran pada mata uang Asia, yang sejauh ini telah mengalami kenaikan yang kuat pada tahun 2024. Pasar masih bersiap untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret 2024 —-menurut harga berjangka Dana Fed.
Sementara dari faktor internal, Ibrahim menyoroti sikap Presiden Jokowi yang optimistis terhadap outlook perekonomian Indonesia 2024. “Menurutnya (Jokowi), Indonesia memiliki modal ekonomi dan politik. Memasuki tahun 2024 ini kita tidak punya alasan untuk tidak optimistis,” kata Ibrahim.
Terdapat beberapa indikator ekonomi Indonesia yang membuat pertumbuhan ekonomi optimis di atas 5 persen. Misalnya, pertumbuhan ekonomi masih berasa di kisaran 5 persen atau lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya 2,9 persen. Lalu, inflasi yabg masih di angka 2,86 persen atau masih di bawah tingkat inflasi global 7,2 persen.
Di samping itu, terdapat sejumlah indikator lain yang menjadi alasan di balik optimisme pemerintah, seperti naiknya tingkat penyerapan tenaga kerja nasional menjadi 4,5 juta orang pada Agustus 2023, PMI manufaktur di level ekspansif yakni 51,7, neraca dagang yang surplus 43 bulan berturut-turut, serta Indeks keyaninan konsumen pada November 2023 yang berada di angka 123,6.
Meski begitu, Jokowi mengaku masih khawatir mengenai harga komoditas, seperti minyak. Hal itu dilatarbelakangi oleh ketidakpastian global dan konflik timur tengah.
“Namun Jokowi menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa urusan harga minyak tidak akan bergejolak lagi,” kata Ibrahim. Kekhawatiran justru terletak pada komoditas pangan, ditambah dengan fenomena super el nino yang bisa memperparah keadaan.
Pilihan Editor: Nilai Tukar Rupiah Menguat, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Filipina, India dan Thailand