TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah konglomerat berkumpul bersama dan membahas proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Informasi ini diketahui dari unggahan Instagram pribadi politisi PDIP Maruarar Sirait. Dalam unggahan foto tersebut telihat pemilik Agung Sedayu Group, pemilik Barito Pacific, dan Bos Sinarmas Group.
"Sambil makan malam, kami berdiskusi dengan pengusaha senior yang sangat sukses, Pak Aguan, Pak Prajogo Pangestu, Pak Franky Wijaya dan Pak Boy Thohir. Berdiskusi tentang IKN, bagaimana membuat Indonesia sentris, pemerataan dengan membangun IKN serta dampak positif kepada masyarakat di sekitar IKN dan membuat pusat ekonomi baru di kawasan Kalimantan yang punya dampak semakin baik kepada masyarakat luas," kata Maruarar seperti dikutip dari akun @maruararsirait yang diunggah pada Kamis, 7 Desember 2023.
"Senang berdiskusi dengan senior-senior pengusaha sudah puluhan tahun berkiprah dalam perekonomian Indonesia, mendapatkan banyak pengalaman. Maju terus IKN," tulisnya.
Berikut profil sederet konglomerat yang disebut mendukung proyek IKN Nusantara tersebut:
1. Sugianto Kusuma atau Aguan, Bos Agung Sedayu Group
Sugianto Kusuma atau akrab disapa Aguan merintis Agung Sedayu Group pada 1970 dengan mendirikan perusahaan kontraktor rumah pertokoan. Setelah berkembang pesat, Agung Sedayu Group kemudian mendirikan Harco Mangga 2 pada 1991. Ia melebarkan jaringan bisnisnya dengan menggarap proyek perumahan, apartemen, perkantoran, hingga kawasan niaga dan industri.
Proyek perumahan yang dikelola Agung Sedayu Group termasuk Green Lake City, Grand Galaxy City, Puri Mansion, dan masih banyak lagi. Sementara proyek properti termasuk Kelapa Gading Square, Puri Mansion, Ancol Mansion, Taman Anggrek Residence, Senayan Golf Residence, dan Green Sedayu Biz Park.
Pada 1990, Sugianto menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama PT Bank Artha Graha Tbk, 2004 ia bergabung dengan Bank Inter-Pasific Tbk. 2005 PT Bank Artha Graha Tbk bergabung dengan Bank Inter-Pasific Tbk, di mana Sugianto menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama PT Bank Artha Graha International Tbk.
2. Franky Widjaja, Bos Sinarmas Group
Franky Widjaja bernama lengkap Franky Oesman Widjaja, ia adalah anak dari mendiang Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinarmas Group. Franky diketahui mengurusi bisnis Golden Agri Resources (GAR), sub holding milik Sinarmas yang membawahi bisnis minyak kelapa sawit dan olahan sawit. GAR merupakan salah satu perusahaan terbesar di industri kelapa sawit dan Franky mengemban jabatan sebagai Chairman dan CEO GAR.
Franky juga merupakan Komisaris Utama PT Sinarmas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) sejak diangkat dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 5 Juli 2020. Dalam organisasi perkumpulan pengusaha Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), ia menduduki posisi Wakil Ketua Umum Koordinator bidang Perekonomian.
3. Prajogo Pangestu, Bos Barito Pacific
Prajogo Pangestu adalah pendiri Barito Pasific Group yang memulai kariernya sebagai sopir angkot. Hidupnya mulai berubah ketika bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia bernama Bong Sun On alias Burhan Uray. Pada 1969 Prajogo bergabung dengan Burhan Uray di PT Djajanti Group. Berkat kerja kerasnya, tujuh tahun kemudian Buhan memberikan jabatan General Manager (GM) Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur kepada Prajogo.
Namun, Prajogo hanya setahun menjadi GM di Pabrik Plywood Nusantara, ia memutuskan berhenti dan memulai bisnisnya sendiri. Prajogo membeli CV Pacific Lumber Coy yang saat itu sedang mengalami kesulitan keuangan. Dalam perjalanannya, Prajogo mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific.
Di era Presiden Soeharto, Prajogo termasuk salah satu konglomerat ternama yang dimiliki Indonesia. Bisnisnya dengan Barito Group berkembang luas di bidang petrokimia, minyak sawit mentah, properti, dan perkayuan. Ia bahkan menduduki peringkat ke-40 orang terkaya di Indonesia.
4. Boy Thohir, Bos Adaro Energy Indonesia
Garibaldi Thohir atau Boy Thohir merupakan CEO dan pemegang saham utama Adaro Energy, salah satu eskportir batu bara terbesar di dunia. Pada 1997, ia membentuk perusahaan pembiayaan sepeda motor Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance) dan mendistribusikan sepeda motor.
Boy kemudian mengakusisi saham Allied Indocoal dalam usaha patungan dengan perusahaan Australia. Bersama mitranya itu, Boy membeli Adaro pada 2005. Boy juga memiliki saham di perusahaan bahan baterai kendaraan listrik Medeka Battery Materials, mengoperasikan restoran dan hotel.
Pilihan Editor: Daftar Konglomerat yang Bakal Investasi di IKN, Ada Aguan hingga Anthoni Salim