TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyoroti ruwetnya masalah perizinan dan pembebasan lahan yang masih terjadi hingga kini. Hal tersebut yang kemudian membuat iklim investasi di dalam negeri tak membaik.
"Saya minta terus perbaiki iklim investasi nasional maupun daerah dan tingkatkan realisasi investasinya," kata Presiden Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2023 diikuti dalam jaringan (daring) di Jakarta, Kamis, 7 Desember 2023.
Ia lalu mencontohkan masalah perizinan dan pembebasan lahan pada investasi Lotte di Provinsi Banten. "Yang dulu kita ini selalu berorientasi pada pemasaran terus, marketing terus. Begitu investor datang, pembebasan lahan gagal, balik nggak jadi investasi. Investor datang lagi, ruwet perizinannya. Balik kembali lagi, nggak jadi investasi," ucapnya.
Oleh sebab itu, Jokowi meminta agar pihak yang bertugas menangani investasi tak lagi berkonsentrasi dalam kegiatan pemasaran. Yang juga penting adalah strategi menyelesaikan masalah di dalam negeri.
Kepala negara juga menyebutkan strategi efektif untuk menggaet minat investor adalah dengan bekerja fokus, detail dan selesai pada simpul persoalan yang terjadi di dalam negeri.
"Percuma kita marketing muter ke seluruh negara berbondong-bondong datang, kemudian urusan tanah saja tidak bisa diselesaikan. Berbondong-bondong masuk, perizinan ruwet bertahun-tahun nggak bisa selesai, untuk apa kita memarketingi urusan investasi," ucap Jokowi.
Saat ini, kata Jokowi, Indonesia masuk dalam peringkat 34 negara paling kompetitif di dunia berdasarkan laporan lembaga akademik Swiss, International Institute for Management Development (IMD) pada 2023. Indonesia berada di peringkat 34 dari 64 negara yang tercatat, atau naik dari rangking 44 dari 2022.
Meski begitu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu, peningkatan peringkat daya saing itu harus dikejar melalui kerja keras. "Kalau dibandingkan misalnya dengan Filipina itu di angka 52, kita masih menang. Tapi dibandingkan Thailand kita kalah, karena di angka 30," ucap Jokowi.
Ia lalu membandingkan peringkat daya saing Indonesia yang kalah dengan Malaysia yang berada di peringkat 27. Apalagi dengan Singapura yang kini menduduki rangking ke-4 dunia.
ANTARA
Pilihan Editor: Dulu Bilang Tak Takut, Bahlil Kini Was-was IKN Dikritik Keras oleh Anies