TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia saat ini menghadapi situasi yang menantang, terutama dalam produksi pangan. Salah satu dampak utama dari El Nino adalah penurunan produksi beras, komoditas utama yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan di Indonesia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menuturkan, El Nino Gorilla menjadi katalisator ketidakpastian cuaca yang sulit diprediksi. Musim tanam bergeser, cuaca ekstrem, dan perubahan pola hujan menjadi faktor-faktor yang merugikan bagi para petani.
Merespons tantangan ini, pemerintah telah mengambil langkah antisipatif dengan melakukan refocusing anggaran. Refocusing difokuskan pada dua komoditas utama, padi dan jagung, dengan alokasi dana sebesar Rp 1 triliun. Langkah ini diambil untuk menjaga ketahanan pangan dan memastikan ketersediaan bahan pangan menjelang perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
“Produksi beras mengalami penurunan karena El Nino. El nino, sesuai yang disampaikan BMKG, saat ini disebut sebagai El Nino Gorilla, karena menjadi situasi yang unpredictable dan menguat. Oleh karena itu, kami melakukan refocusing anggaran,” ujar Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian RI Prihasto Setyanto, dalam Rapat Kerja DPD RI Komite II dengan Menteri Pertanian di Senayan, Rabu, 29 November 2023.
Meskipun langkah-langkah antisipatif telah diambil, tetapi pertanyaan mendasar muncul: apakah alokasi anggaran yang sudah disetujui akan cukup untuk mengatasi dampak El Nino pada produksi pertanian? Pemerintah optimistis bahwa refocusing ini akan memberikan dampak positif, namun tetap mengakui bahwa tantangan besar masih di depan.
Selanjutnya: Langkah-langkah konkret juga tengah digodok, termasuk....