TEMPO.CO, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Binance Changpeng Zhao diketahui telah mengundurkan diri dari jabatannya. Melalui akun media sosial X miliknya ––sebelumnya Twitter, Zhao menyampaikan pengunduran diri sebagai CEO Binance.
“Hari ini, saya mengundurkan diri sebagai CEO Binance. Memang benar, tidak mudah untuk melepaskannya secara emosional. Tapi saya tahu ini keputusan yang tepat. Saya telah membuat kesalahan dan saya harus bertanggung jawab,” tulis Zhao, Rabu, 22 November 2023.
Alasan Zhao Mengundurkan Diri
Alasan yang membuat Zhao mengundurkan diri dari jabatan CEO berawal dari investigasi yang dilakukan Department of Justice (DOJ) atau Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS). DOJ telah melakukan penyelidikan sejak 2018 silam.
Pendiri perusahaan kripto terbesar di dunia itu mengaku bersalah karena melanggar undang-undang anti pencucian uang Amerika Serikat. Ini sebagai bagian dari penyelesaian US$ 4,3 miliar atau sekitar Rp 66,98 triliun yang memerlukan penyelidikan selama bertahun-tahun terhadap pertukaran kripto.
Adapun Jaksa Pengadilan Negara Bagian AS menyatakan hal ini pada Selasa waktu negara itu, atau Rabu, 22 November Waktu Indonesia Barat (WIB).
Binance melanggar undang-undang anti pencucian uang dan sanksi AS dan gagal melaporkan lebih dari 100 ribu transaksi mencurigakan dengan organisasi yang digambarkan AS sebagai kelompok teroris termasuk Hamas, al Qaeda, dan Negara Islam Irak dan Suriah, kata pihak berwenang.
Perusahaan kripto itu juga tidak pernah melaporkan transaksi dengan situs web yang disebut terlibat dalam perdagangan materi pelecehan seksual terhadap anak-anak dan merupakan salah satu penerima terbesar hasil ransomware.
“Binance memudahkan para penjahat untuk memindahkan dana curian dan hasil terlarang di bursanya,” kata Jaksa Agung AS Merrick Garland pada hari Selasa. "Binance juga melakukan lebih dari sekedar gagal mematuhi hukum federal. Ia berpura-pura mematuhinya."
Besar Denda yang Harus Dibayar Zhao
Mengutip Reuters, Zhao secara pribadi diharuskan membayar US$ 50 juta atau sekitar RP 781 miliar. Nominal ini digambarkan oleh jaksa sebagai salah satu hukuman perusahaan terbesar dalam sejarah AS. Selain itu, kasus ini merupakan pukulan bagi industri kripto yang telah dilanda investigasi dan terjadi setelah dakwaan penipuan baru-baru ini terhadap pendiri FTX Sam Bankman-Fried.
Namun, beberapa pakar hukum mengatakan ini adalah hasil yang baik bagi Zhao, karena kekayaannya yang besar tetap utuh dan memungkinkan dia untuk mempertahankan sahamnya di Binance, bursa yang ia dirikan pada tahun 2017.
Menurut Jaksa AS, Binance juga akan membayar US$1,81 miliar dalam waktu 15 bulan, dan kerugian selanjutnya sebesar US$ 2,51 miliar sebagai bagian dari kesepakatan. Totalnya, kurang lebih US 4,32 miliar atau sekitar RP 67 triliun.
Pengganti CEO Binance
Jabatan CEO di Binance selanjutnya diberikan ke Richard Teng. Hal ini disampaikan pula dalam unggahan Zhao di media sosial X. Teng sebelumnya menjabat sebagai Global Head of Regional Market.
“Resolusi ini mengakui tanggung jawab perusahaan kami atas pelanggaran kepatuhan kriminal dan historis, dan memungkinkan perusahaan kami untuk membalikkan keadaan,” kata Binance dalam sebuah pernyataan.
Dalam pernyataan terpisah, Teng mengatakan bahwa fokusnya adalah "meyakinkan pengguna bahwa mereka dapat tetap yakin dengan kekuatan finansial, keamanan, dan keselamatan perusahaan."
Yang Akan Dilakukan Zhao
Setelah mundur dari CEO Binance, pria asal Cina ini rencananya akan aktif di sejumlah startup yang bergerak di bidang blockchain/Web3/DeFi, AI, dan bioteknologi. Selain itu, dia juga siap menjadi pembicara dalam acara seminar kewirausahaan dan akan menyampaikan apa saja yang seharusnya tidak perlu dilakukan oleh seorang pengusaha.
DEFARA DHANYA | SUNU DYANTORO | YOLANDA AGNE
Pilihan Editor: Bappebti Ungkap Kondisi Pasar Kripto di Indonesia setelah Isu Gugatan Binance