TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bicara soal critical mineral atau mineral kritis Indonesia melalui media sosialnya. Dalam konteks hilirisasi dan hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat, Luhut mengatakan hal merupakan proses negosiasi yang panjang.
"Tapi, akhirnya kita bisa dekatkan bahwa ini juga kepentingan bersama," kata Luhut dalam tayangan video yang diunggah di Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Sabtu, 18 November 2023. "Artinya, Amerika paham betul tanpa Indonesia, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan 11 kali jumlah mobil listriknya pada 2030."
Luhut juga mengatakan dirinya telah membicarakan perkara mineral kritis ini dengan pembantu Presiden Amerika Joe Biden, yakni Amos Hochstein dan Jack Sullivan, serta pembantu Joe Biden yang lain. Luhut menyampaikan bahwa hilirisasi mineral kritis nikel sebenarnya adalah tentang upaya survival atau bertahan hidupnya Indonesia.
"Kita tidak mem-banned seluruh nikel ore itu. Tapi setelah turunan ke berapa, ya silakan saja. Bebas," kata Luhut. Menurutnya, hal itu dilakukan agar Indonesia bisa menikmati nilai tambah yang dihasilkan dari produk turunan kedua atau ketiga.
Ihwal mineral kritis ini, sebelumnya Direktur Program Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno juga mengatakan mineral kritis akan memegang peranan yang sangat vital dan strategis bagi seluruh negara. Adapun sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023, mineral kritis sebagai mineral yang mempunyai kegunaan penting untuk perekonomian nasional dan pertahanan keamanan negara yang memiliki potensi gangguan pasokan dan tidak memiliki pengganti yang layak. Dalam beleid yang diteken 14 September 2023 itu juga disebutkan 47 mineral kritis yang ditetapkan pemerintah. Salah satunya, nikel.
Tri mengatakan mineral kritis berperan penting untuk mendukung era transisi energi dari energi fosil menjadi terbarukan. Menurutnya, negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) juga melirik potensi mineral kritis untuk menjaga ketahanan energi kawasan.
"Mineral kritis sebagai bahan baku industri pembuatan panel surya, turbin angin, dan industri baterai, yang digunakan untuk kendaraan listrik, dan juga storage untuk pembangkit energi baru terbarukan (EBT)," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu 26 Agustus 2023.
Menurut Tri, mineral kritis juga memiliki nilai yang sangat tinggi karena sulit ditemukan, diekstraksi dalam jumlah yang ekonomis, serta tidak mudah digantikan dengan logam atau bahan lain. Kebutuhan mineral kritis pun akan meningkat secara signifikan, sehingga akan menjadi suatu tantangan dalam hal penyediaan pasokan mineral kritis di tingkat global.
RIRI RAHAYU | ANTARA
Pilihan Editor: Politik Menjelang Pilpres Memanas, Luhut: Jangan Bilang Ingusan dan Penghianat