TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan akibat perubahan iklim yang berdampak terhadap produksi pangan di dalam negeri memaksa Indonesia akhirnya harus mengimpor sejumlah produk. Namun hal itu juga tak mudah dilakukan saat ini karena seluruh dunia juga tengah menghadapi ancaman krisis pangan.
Ia lalu menceritakan pernah berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mendapat kuota impor beras. Namun, kata Jokowi, hal itu tidak tercapai karena India hanya mengekspor beras secukupnya saja untuk mengamankan stok nasional negara itu.
“Tapi dia (PM Modi) pakai sendiri untuk cadangan, tidak berani melepas. Saya sudah bicara, tidak berani melepas,” kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada penjabat kepala daerah seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Dalam acara itu, turut hadir Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
Tak hanya itu, kata Jokowi, sejumlah negara di Asia Tenggara yang dulu menawarkan ekspor beras seperti Thailand dan Vietnam, kini membatasi ekspor komoditas itu.
Hal-hal tersebut tak lepas dari bagaimana perubahan iklim yang dulu kerap diremehkan, tapi kini nyata-nyata menimbulkan kekeringan yang akhirnya membuat produksi panen berkurang.
"Perubahan iklim banyak yang dahulu ‘ah apa, ndak kelihatan barangnya’ sekarang sudah nyata kelihatan. Kekeringan di 7 provinsi dan beberapa negara menurunkan produksi beras kita. Kita mau tutup dari impor sekarang tak semudah dulu mencari beras impor," ucap Jokowi.
Jokowi lalu mengungkit bagaimana seorang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang berpengalaman panjang berkarir di lembaga keuangan internasional saja tidak mudah memprediksi arah ekonomi global saat ini. Oleh sebab itu, seluruh pihak baik di jajaran pusat dan daerah harus waspada.
"Saya sering mengatakan dunia sekarang semakin tidak jelas, ketidakpastian ekonomi global yang sulit dihitung. Bu Menkeu (Sri Mulyani) ini jam terbangnya sudah sampai ke mana-mana, tapi mengalkulasi, menghitung situasi ekonomi global betul-betul tidak gampang dan sering unpredictable," tutur Jokowi.
Ia kemudian memaparkan bagaimana kebijakan moneter global saat ini yang sulit diprediksi. Hanya Bank Sentral Amerika Serikat The Fed yang menaikkan suku bunga. Tapi hal itu juga yang membuat semua negara berkembang kerepotan karena terjadi pembalikan arus modal.
Dinamika ekonomi global seperti ini yang menurut Jokowi harus dipahami oleh seluruh penjabat kepala daerah. Para pemimpin daerah harus mewaspadai dampak terhadap perekonomian setempat dari ketidakpastian global tersebut.
“Situasi seperti ini bapak ibu harus tahu, sehingga dalam bekerja itu, ‘saya harus ke sini mengerti’. Kalau harga BBM naik artinya apa? Inflasi akan naik. Inflasi naik artinya harga barang dan jasa juga akan naik, larinya ke situ. Kita sendiri 7 provinsi kena super El Nino produksi turun, inilah yang harus semua waspada,” ucap Jokowi.
ANTARA
Pilihan Editor: Harga Beras, Telur, hingga Minyak Goreng Kompak Naik