TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha Indonesia, Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia berdasarkan Forbes Real Time Billionaires per 30 Oktober 2023. Dilaporkan, pengusaha batu bara ini memiliki harta kekayaan sebesar US$ 24,5 miliar atau sekitar Rp 389 triliun (kurs Rp 15.987 per dolar AS). Dengan demikian, dia juga tercatat sebagai orang terkaya ke-63 di dunia.
Total kekayaan Low Tuck Kwong ini berhasil mengungguli bos Djarum dan BCA, Budi Hartono dan Michael Hartono. Harta kekayaan dua taipan bersaudara tersebut, masing-masing adalah US$ 23.6 miliar atau Rp 375 triliun dan US$ 22.6 miliar yang setara dengan Rp 359 triliun.
Lantas, bagaimana latar belakang dan profil Low Tuck Kwong? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Profil Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong adalah seorang pengusaha Indonesia yang lahir pada 17 April 1948 di Singapura. Dia sering dijuluki sebagai raja batu bara di Indonesia dan merupakan pendiri dari Bayan Resources, perusahaan yang bergerak di sektor industri batu bara.
Sejak berusia 20 tahun, Low Tuck Kwong sudah bekerja di perusahaan konstruksi bangunan milik ayahnya, David Low Yi Ngo. Ayahnya merupakan pemilik dan direktur dari perusahaan konstruksi di Singapura.
Setelah bekerja beberapa tahun bersama sang ayah, Low akhirnya memutuskan untuk pindah ke Indonesia pada 1972, guna mencari peruntungan yang lebih besar. Dia pun kemudian mendirikan sebuah perusahaan kontraktor sendiri bernama PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI).
Perusahaan pertamanya ini fokus bergerak di bidang kontraktor tanah, pekerjaan sipil, dan struktur kelautan. Tak hanya itu, JSI juga menjadi pelopor konstruksi fondasi tumpuk atau yang disebut dengan pile foundation.
Perusahaan kontraktor Low berhasil mengalami perkembangan yang cukup pesat. Beberapa tahun kemudian, JSI pun mulai melebarkan sayap bisnisnya ke sektor penambangan batu bara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka pada 1988. Kemudian pada 1992, dia berganti kewarganegaraan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Kekayaan Low terus bertambah usai membeli tambang batu bara pertamanya pada 1997. Melansir dari bayan.com.sg, tambang itu dibeli Low melalui PT Gunungbayan Pratamacoal atau yang kini dikenal dengan nama Bayan Resources. Itu adalah perusahaan yang bergerak sebagai inovator dalam industri pertambangan batu bara Indonesia.
Setelah itu, pada 1998, dia juga mengoperasikan sebuah terminal batu bara di Balikpapan melalui perusahaan PT Dermaga Perkasapratama. Selain itu, perusahaan ini juga terus mencari metodologi dan teknologi baru untuk menjadi produsen dengan biaya terendah di Indonesia.
Satu dekade setelah pendiriannya, Bayan Resource go publik pada 2008. Di bawah kepemimpinan Low Tuck Kwong, perusahaan ini telah memiliki berbagai infrastruktur terkemuka melalui Terminal batubara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana, serta dua Floating Transfer Barges (KFT's).
Selain itu, Low juga memegang jabatan penting di perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy serta memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric. Adapun dukungannya terhadap SEAX Global dilakukan dengan membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Terlepas dari sisi bisnisnya, Low melimpahkan dana untuk membuat Kebun Binatang Gunung Bayan. Dikutip dari Tatler Asia, kebun binatang tersebut dibangun untuk menampung hewan liar dengan spesies eksotis yang tergusur akibat aktivitas dekat penambangan batu baranya.
Selain memperhatikan lingkungan, dia juga memberikan program beasiswa ke sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Misalnya mendonasikan untuk beasiswa di Universitas Indonesia dengan biaya sebesar Rp 50 miliar. Dana tersebut diberikannya dalam bentuk Biaya Operasional Pendidikan atau disingkat BOP.