Ia mencontohkan, dari data diketahui bahwa Gen Z sekarang takut membeli rumah karena tak mampu. Harga rumah sekarang makin mahal, di kota yang dekat kantor paling murah sudah Rp 700 juta. Atau Gen Z lebih suka membeli rumah di daerah yang lebih sejuk.
"Data-data ini kami olah untuk kemudian disiapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi ini,” kata Terzia.
Mantan Senior Vice President Funding & E-Channel Product Development BRI Syariah ini juga menerangkan analisis data harus dilakukan secara menyeluruh agar perusahaan benar-benar mendapatkan gambaran yang utuh dari profil personal target sasaran.
“Kami pakai 360 degree customer analysis. Multidimensi. Sehingga kami bisa memastikan bahwa orang ini memang berhak mendapat subsidi, cocok dengan profil nasabah Tapera, dan dijamin bisa membayar angsuran,” kata Terzia.
Senior Vice President Product Development & Digital Banking Bank Mega Syariah periode 2019-2021 itu sekaligus menjelaskan bahwa sejak tahun 2020, BP Tapera hadir untuk melengkapi jaminan sosial di Indonesia yang menjadi tabungan perumahan karyawan dengan mengedepankan prinsip gotong royong dan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat berpendapatan Rp 3-8 juta per bulan saat ini tergolong kesulitan untuk mengakses rumah pertama.
AKHMAD RIYADH
Pilihan Editor: Politeknik Tempo Gandeng APPRI, Siapkan Lulusan Siap Kerja