Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini masih dipengaruhi perkembangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Hamas.
“Konflik perang Israel-Hamas kelihatannya terekskalasi, area konflik meluas sehingga peristiwa ini masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar,” ujar Ariston pada Antara, Senin,
Selain itu, pelaku pasar juga mengantisipasi kebijakan suku bunga tinggi AS yang akan bertahan lebih lama. Ihwalnya inflasi AS masih belum turun ke target 2 persen, sehingga segala upaya bakal diusahakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ekspektasi itu selaras dengan pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, pada pekan lalu yang tercermin dari tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS masih meninggi.
Adapun tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun masih bergerak di atas 4,9 persen, bahkan sempat menyentuh angka 5,0 persen.
“Potensi pelemahan hari ini ke arah Rp15.900 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp15.800 per dolar AS,” ujar Ariston.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: OJK Bakal Klasifikasikan Perusahaan Asuransi Berdasarkan Jumlah Modal