TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar atau kurs rupiah selama sepekan diketahui mengalami pelemahan maupun penguatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, mengatakan pergerakan kurs rupiah tidak dipengaruhi oleh pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden yang menjadi topik hangat belakangan ini.
“Kalau ke rupiah nggak (mempengaruhi). Dari empat kali pilpres terakhir secara langsung, tren rupiah saat pemilu kadang melemah atau menguat. Lebih ditentukan perkembangan eksternal,” ujar David ketika dihubungi oleh Tempo, Minggu, 22 Oktober 2023.
Menurut David, kondisi eksternal masih akan menjadi faktor utama penggerak mata uang emerging markets, termasuk rupiah. “Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed di bulan November dan ketegangan geopolitik, serta pengaruhnya ke harga minyak menjadi fokus perhatian pasar,” tuturnya.
Adapun pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, mengatakan sentimen pemilu bisa saja berpengaruh pada pergerakan rupiah.
“Bisa saja. Namun ini masih perlu melihat polling baru dulu. Investor biasanya merespons negatif pergantian rezim dan menyambut positif kemenangan mayoritas besar atau mutlak,” ujar Lukman kepada Tempo, Minggu, 22 Oktober 2023.
Apabila investor menyambut positif, kata Lukman, hal ini akan memberikan dukungan pada rupiah walau tidak akan serta merta menguatkan rupiah secara drastis. “Namun yang pasti bisa menahan rupiah dari depresiasi yang lebih dalam,” tuturnya.
Meski begitu, Lukman mengatakan faktor eksternal juga berpengaruh. “Dolar AS diperkirakan masih akan susah dibendung di tengah kekhawatiran seputar perang Israel-Hamas dan pidato hawkish dari Powell minggu lalu,” tuturnya.
Pada pekan depan, kata Lukman, para investor mengantisipasi data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yg diperkirakan akan tumbuh kuat 4,1 persen. Data inflasi core Personal Consumption Expenditures (PCE) juga diperkirakan naik sebesar 0,3 persen dalam satu bulan (month-to-month/mtm) dan 3,3 persen (year-on-year/yoy), di mana angka ini masih jauh di atas target inflasi 2 persen yang diinginkan oleh Federal Reserve alias The Fed.
Adapun kurs rupiah ditutup melemah di level Rp 15.889 per dolar AS pada perdagangan Jumat lalu, 20 Oktober 2023. Untuk perdagangan besok Senin, David memprediksi rupiah ditutup di kisaran Rp 15.750 hingga 16.000 per dolar AS. Sementara Lukman memprediksi rupiah ditutup di kisaran Rp 15.800 hingga 15.950 per dolar AS.
Pilihan Editor: Terkini: Penumpang Kereta Cepat Whoosh Tembus 11 Ribu Tertinggi Sejak Dioperasikan, JMFW 2024 Catat Transaksi US$ 20,1 Juta