TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian atau Kementan Fadjry Djufry mengatakan adaptasi pertanian untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan El Nino perlu didukung dengan standar dan aturan yang jelas. Standar dan aturan adaptasi pertanian dapat meningkatkan luas tanam dan produksi padi.
“Standar adaptasi tersebut meliputi penggunaan varietas padi antisipasi perubahan iklim, pemupukan berimbang, teknologi hemat air, pengaturan tinggi muka air pada lahan rawa, perbaikan kualitas pakan ternak,” kata Fadjry terkait kegiatan “Adaptasi Perubahan Iklim Pada Musim Hujan 2023/2024 Mendukung Peningkatan Luas Tanam” di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebagaimana keterangan diterima Sabtu 21 Oktober 2023.
Cara-cara adaptasi lainnya untuk meminimalisir dampak perubahan iklim, kata Fadjry, adalah penggunaan aplikasi Kalender Tanam dan Sistem Informasi Standing Crop, penyediaan penyimpan air (embung, long storage, dam parit, dan lainnya) serta implementasi konservasi tanah dan air.
Acara tersebut digelar oleh BSIP Kementan bekerjasama dengan Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) didukung oleh Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya.
Tasikmalaya dipilih sebagai perwakilan Provinsi Jawa Barat, yang merupakan salah 1 dari 10 provinsi Gerakan Nasional (Gernas) penanganan El-Nino.
Kementan di bawah Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi menargetkan peningkatan produksi beras 11,9 persen atau 35,8 juta ton pada 2024 yang diperoleh dari produksi Gabah Kering Giling 62,11 ton GKG atau naik sekitar 13,46 persen dibandingkan produksi ATAP 2022. Produksi itu dapat dicapai melalui luas panen 11,86 juta ha, melalui peningkatan Indeks Pertanaman di lahan sawah maupun lahan sawah tadah hujan.
Potensi persawahan di Tasikmalaya mencapai 51 ribu hektar