Adapun saat ini, kata Ibrahim, di AS dan Eropa sudah memasuki musim dingin, di mana saham-saham seperti energi alias kebutuhan untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) akan melonjak tinggi. “Apalagi ekspor Rusia terkait gasoline dan solar ke Eropa hanya 50 persen. Ini yang membuat ketar ketir pemerintah di Eropa dan AS,” ujarnya.
Hal ini turut berdampak pula pada IHSG. “Karena apa? memasuki musim dingin yang ekstrim kemungkinan besar kebutuhan untuk energi cukup besar, sedangkan energinya sedikit, pasti harganya akan naik dan akan terjadi inflasi,” tutur dia. Tidak hanya IHSG, nilai mata uang terhadap dolar pun ikut mengalami pelemahan.
Di sisi lain, Ibrahim menilai secara jangka menengah kenaikan suku bunga ini positif. “Emang secara jangka pendek mengakibatkan banyak investor melakukan taking profit, tapi secara jangka menengah masi cukup bagus,” turutnya.
Terlebih, neraca perdagangan akan dirilis pada pekan depan. “Ekspektasi pasar itu defisit tapi belum tau nanti pas keluar akan bagaimana, ini juga pasti berpengaruh pada pergerakan IHSG terutama di akhir pekan,” kata dia.
Pilihan editor: IHSG Melemah Seiring Kian Panasnya Konflik di Timur Tengah