TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom, yang juga Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono memperkirakan waktu balik modal dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Cepat Whoosh.
Dia menjelaskan bahwa proyek tersebut menelan biaya hingga sekitar US$ 7,2 miliar atau Rp 110 triliun, dengan 75 persen pembiayaan berasal dari utang Cina dan 25 persen dari ekuitas konsorsium.
Konsorsium tersebut adalah PT PIlar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI). Konsorsium ini di dalamnya terdiri dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI sebagai lead consortium. Kemudian, PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika, PT Jasa Marga (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara VIII atau PT PN VIII.
Menurut Yusuf, total utang proyek ini mencapai sekitar Rp 79 triliun dan dengan asumsi terkena bunga 3,4 persen untuk 30 tahun. “Maka cicilan pokok dan bunga utang ke Ciina dapat mencapai Rp 225 miliar per bulan,” ujar dia saat dihubungi pada Senin, 16 Oktober 2023.
Dengan asumsi harga tiket Rp 300 ribu dan penumpang mencapai 30 ribu orang per hari tercapai, kata dia, pendapatan per bulan kereta cepat hanya Rp 270 miliar. Menurut Yusuf, dalam jangka pendek - menengah sulit bagi PT Kereta Cepat Indonesia China atau PT KCIC mendapat pemasukan selain dari tiket.
Karena pendapatan non-tiket membutuhkan investasi baru yang tidak kecil. “Menjadi sulit untuk memperkirakan berapa panjang proyek ini akan balik modal,” tutur Yusuf.
Namun, dia melanjutkan, perkiraan yang paling realistis untuk masa balik modal ini adalah masa konsesi yang diminta oleh konsorsium. Awalnya konsorsium meminta masa konsensi proyek selama 50 tahun, tapi terakhir meminta perpanjangan masa konsesi hingga 80 tahun.
“Maka perkiraan masa balik modal proyek ini menurut saya ada di kisaran 80 tahun,” ucap Yusuf.
Selanjutnya: Sementara Direktur Utama PT KCIC....