TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana merespons soal diterapkannya tarif promo Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Kereta Cepat Whoosh sebesar Rp 300 ribu. Tarif tersebut sudah dijual untuk keberangkatan per 18 Oktober 2023, dan sudah termasuk Kereta Api Feeder.
Menurut Aditya, soal penerapan tarif promo itu biar biar masyarakat yang menilai sendiri. Karena, dari sisi jarak saja Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu masih di bawah 200 kilometer. Idealnya sepur kilat itu harus menempuh jarak di atas 200 kilometer hingga di bawah 800 kilometer.
“Kalau di bawah 200 kilometer itu pasti terjadi persaingan yang ketat dengan transportasi berbasis jalan tol. Apalagi Jakarta-Bandung itu cuma 140 kilometer. Head to head-nya dengan angkutan jalan tol,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Senin, 16 Oktober 2023
Karena jaraknya yang tak sesuai kriteria, kata Aditya, untuk menetapkan tarifnya pun menjadi hal yang dilematis. Karena jika tarifnya terlalu tinggi, maka masyarakat belum tentu tertarik. Namun jika tarifnya terlalu rendah, muncul pertanyaan apakah akan mampu menutup biaya operasional sepur kilat berkecepatan 350 kilometer per jam itu.
Jadi kalau tarif promo saja Rp 300 ribu dibundling dengan Kereta Api Feeder itu, pilihannya tergantung masyarakat. Karena jika menggunakan kereta cepat, lokasi stasiunnya tidak langsung berada di pusat kota. Sehingga perlu berpindah moda menggunakan transportasi lain.
“Persaingannya pasti ketat dengan angkutan seperti travel dan kendaraan pribadi,” ucap Aditya. “Juga dengan kereta api eksistingnya Argo Parahyangan, kelas eksekutif Rp 250 ribu, ekonomi premium Rp 150 ribu, jarak waktu tempuhnya 3 jam, tapi dari pusat kota ke pusat kota.”
Sedangkan saat menggunakan kereta cepat, dia menjelaskan, dari Stasiun Halim ke Stasiun Padalarang memang hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kemudian harus menunggu Kereta Api Feeder sekitar 15 menit, plus perjalan menuju ke Kota Bandung sekitar 20 menit. Jadi totalnya satu jam lebih. Belum waktu untuk menuju ke Stasiun Halim.
Jadi, menurut Aditya, ini kembali ke masyarakat, ingin mengutamakan waktu tempuh atau mengutamakan tidak berpindah moda. “Atau memang tujuan mereka misalnya di Bandung Barat atau Timur, sehingga lebih memilih kereta cepat. Tapi kalau ke pusat kota pilihannya adalah ‘ah enggak apa-apa tiga jam naik Argo Parahyangan’, karena enggak perlu pindah moda,” tutur Aditya.
Selanjutnya: PT KCIC resmi membuka penjualan tiket ...