TEMPO.CO, Jakarta - PT Indika Energy menargetkan pendapatan dari sektor non batu bara meningkat hingga 50 persen pada 2025. Hal ini seiring upaya transisi energi dan sekaligus net zero emission pada 2060. Berbagai upaya pun dilakukan, seperti diversifikasi, divestasi, hingga dekarbonisasi.
"Kami melakukan diversifikasi investasi, diversifikasi portofolio ke sektor non batu bara. Termasuk di dalamnya adalah sektor tenaga surya, kendaraan listrik melalui brand alfa dan sektor solusi berbasif alam," kata CEO Indika Energy Azis Armand dalam acara Tripatra Sustainable Engineering Summit di Hotel Pullman Jakarta, Jumat, 13 Oktober 2023.
Kemudian soal divestasi, Azis menuturkan sudah dua tahun terakhir Indika Energy mendivestasi aset di batu bara. Di antaranya divestasi dua anak perusahaan, yakni PT Petrosea dan PT Mitra Bahtera Segara Sejati (MBSS). "Baru-baru ini kami juga tanda tangan perjanjian awal jual-beli untuk mendivestasi salah satu aset batu bara kami," kata Azis.
Sedangkan soal dekarbonisasi, Azis mengklaim perusahaannya mendekarbonisasi kegiatan operasional untuk mengurangi emisi dari seluruh kegiatan operasional. Langkah ini dilakukan sebagai transisi menuju ekonomi rendah karbon. Perusahaan-perusahaan bidang batu bara rupanya memang mulai meninggalkan bisnis utamanya.
Selain Indika Energy, sebelumnya kontraktor tambang batu bara PT Pama Persada atau PAMA juga menyampaikan upaya diversifikasi untuk transisi menuju energi terbarukan. CSR Department Head PAMA Maidi Irvan mengklaim pihaknya memiliki sejumlah bidang usaha ramah lingungan untuk mengantisipasi pensiun batu bara.
PAMA merambah ke bisnis geothermal atau energi panas bumi