TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan nol emisi karbon atau net zero karbon (NZE) dapat tercapai pada 2060. Selaras dengan rencana pemerintah, UOB Indonesia akan mengurangi kredit batu bara dengan batas akhir pada 2039.
"Kalau bicara UOB, paling banyak kan (batu bara) di Indonesia. Singapura enggak punya batu bara. Thailand enggak punya. Malaysia saya enggak pernah dengar," ujar Harapman Kasan Wholesale Banking Director UOB Indonesia di Interview Session UOB Gateway to ASEAN Confrence di Hotel Raffles Jakarta pada Rabu, 11 Oktober 2024.
Ia mengatakan, UOB Indonesia tidak bisa menghentikan penyaluran kredit batu bara dalam jangka pendek. "Kita enggak akan langsung exit, karena dampaknya kita harus pikirkan," kata Harapman.
Menurutnya, masih ada waktu 16 tahun sebelum kredit batu bara benar-benar dihentikan. Dalam jangka waktu tersebut, ia mengklaim UOB melakukan persiapan dengan mendampingi nasabah batu bara yang ada dimiliki untuk melakukan diversifikasi. "Tentunya kita harapkan nasabah yang bermain di batu bara punya planning diversifikasi," kata Harapman.
Harapman menilai, saat ini nasabah UOB Indonesia yang bergerak di industri batu bara, telah memiliki rencana untuk untuk mendiversifikasi. Ia mencontohkan PT Indika Energy Tbk. (INDY) yang berencana mengurangi portofolio batu bara hingga di bawah 50 persen.
Perencanaan diversifikasi usaha non batu bara