TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelasnkan beberapa capaian Indonesia di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Salah satunya, kata dia, ekonomi Indonesia menunjukkan resiliensi dengan masih mampu tumbuh di atas 5 persen selama tujuh kuartal berturut-turut.
“Kita bersyukur alhamdulillah,” ujar Susiwijono dalam acara diskusi bertajuk Peningkatan Kinerja Logistik Melalui Utilisasi Layanan National Logistic Ecosystem di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Selasa, 10 Oktober 2023.
Selain itu, kata Susiwijono, angka pertumbuhan ekonomi itu juga bersamaan dengan berbagai capaian indikator makro yang lain. Terutama tingkat inflasi Indonesia yang masih terkendali, di mana pada September 2023 lalu angka inflasi umum berhasil ditekan di 2,28 persen.
Serta indikator pembangunan sosial Indonesia yang juga trennya terus membaik. Bahkan berkat capaian itu, Bank Dunia juga kembali menjadikan Indonesia masuk ke dalam kategori upper middle income country, karena income per kapita sudah mencapai US$ 4.580 per kapita tahun ini.
“Mudah-mudahan tahun depan bisa US$ 5.500 per kapita dan sesuai dengan visi Indonesia Emas Bappenas mudah-mudahan di 2045 bisa kita dorong mencapai US$ 30.300 per kapita,” ucap dia.
Susiwijono juga mengatakan bahwa beberapa capaian mengenai daya saing Indonesia juga menunjukkan kanikan yang signifikan berdasarkan laporan IMD Global Contititiveness dari 44 menjadi 43 atau naik 10 ranking di tahun ini. Hal itu, kata dia, terutama untuk beberapa kompenen utama yaitu kinerja ekonomi, pemerintahan yang efisien, bisnis yang efisien, dan ketersediaan infrastruktur.
Melihat capaian-capain itu, menurut dia, pemerintah juga sudah secara resmi mengajukan kanggotaan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)—Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi pada Juli 2023 lalu. Bahkan pengajuan itu sudah dibahas dalam OECD Council pada September 2023.
“Memang perlu proses yang cukup lama rata-rata memerlukan 5-8 tahun, namun demikian ini jadi momentum kita untuk memperbaiki dengan berbagai standar internasional,” tutur Susiwijono.
Pilihan Editor: Kurs Rupiah Terus Melemah hingga Dekati 16.000-an per USD, Importir Bersiap Naikkan Harga Jual