TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengklaim Xinyi Group memahami apa yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, seiring rencana investasi untuk proyek Rempang Eco City. Diberitakan sebelumnya, konflik sempat terjadi di Pulau Rempang karena masyarakat terdampak menolak penggusuran untuk pembangunan proyek strategis nasional (PSN) ini.
"Posisinya (Xinyi) tidak sampai menekan kami. Ya, mudah-mudahan kami menyelesaikan dengan baik, dengan cepat," ujar Bahlil ketika ditemui di Kompleks DPR RI, Senin, 2 Oktober 2023. "Sampai hari ini, mereka masih menyerahkan kepada kami untuk berbuat yang terbaik."
Kendati demikian, menurut Bahlil, Xinyi Group tetap memiliki tenggat waktu untuk merealisasikan rencana investasinya tersebut. Karena itu, pemerintah bakal mengupayakan penyelesaian masalah ini sesegera mungkin. "Kami harus bijaksana untuk rakyat dan investor," ucap Bahlil.
Adapun Pulau Rempang bakal dikembangkan menjadi Rempang Eco City, sebuah kawasan industri, perdagangan, hingga wisata yang terintegrasi. Pengembangan Rempang Eco City diluncurkan di Kemenko Perekonomian pada 12 April 2023.
PT Makmur Elok Graha (MEG) menjadi pengembang dengan nilai investasi sekitar Rp 381 triliun hingga 2080 mendatang. Pada proyek tahap pertama, MEG menggandeng Xinyi Group yang bakal berinvestasi sekitar Rp 175 triliun.
Namun belakangan konflik pecah di Pulau Rempang seiring penolakan masyarakat atas PSN tersebut. Bentrok warga dengan aparat gabungan TNI-Polri pecah pada 7 September 2023 ketika aparat gabungan memaksa masuk perkampungan untuk memasang tapal batas di Pulau Rempang. Kerusuhan kembali pecah ketika masyarakat berunjuk rasa di depan Kantor BP Batam pada 11 September 2023.
Selanjutnya: Kendati begitu, Bahlil memastikan proyek...