Setelah itu, dia kembali ke bidang yang telah membesarkannya di dunia perbankan dengan menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Bank Danamon selama 2 tahun, yakni pada 2003-2005.
Kesuksesannya di bidang perbankan mengantarkan Emir ke kursi Direktur Keuangan (CFO) di PT Garuda Indonesia. Mantan Menteri BUMN Sugiharto mempercayakan manajemen Garuda kepadanya.
Saat itu usia Emir baru 46 tahun. Capaian ini menempatkan Emir sebagai direktur utama termuda di kawasan Asia Pasifik.
Membenahi perusahaan bernama PT Garuda Indonesia bukan urusan gampang. Emir mewarisi kondisi keuangan yang payah dari para pendahulunya.
Ia harus mampu mencegah Garuda mengalami gagal bayar atas utang senilai US$ 827 juta. Oleh karena itu, selama dua pekan pertama semenjak dilantik, ia sibuk mendiagnosa "penyakit" yang diderita Garuda.
Setelah memimpin selama dua periode, Emir mengundurkan diri sebagai Dirut Garuda pada 11 Desember 2014. Padahal masa jabatannya saat itu baru berakhir pada 22 Maret 2015.
Alasan mundur pada Desember 2014, karena menurut Emir, direksi Garuda yang baru nanti akan bisa bekerja setahun penuh.
"Kalau menunggu Maret, hilang satu triwulan. Kalau mundur sekarang, dia bisa bekerja full year," ujar dia, saat itu. "Apalagi tahun depan ada ASEAN Open Sky."
Saat itu, menurut analis saham PT MNC Securities, Reza Nugraha, investor melihat keberadaan Emir di Garuda tak membawa banyak perubahan. Kondisi kinerja keuangan Garuda disebut Reza masih merugi.
NUR KHASANAH APRILIANI | TEMPO
Pilihan Editor: Mantan Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar Didakwa Rugikan Negara Rp9,3 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.