TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluh soal kondisi perdagangan mereka belakangan ini. Tren penjualan secara online melonjak sehingga terjadi perubahan cara pembelian konsumen.
Rehan, salah satu pedagang pakaian wanita di sana menceritakan bahwa saat ini merupakan masa krisis bagi para pedagang di Tanah Abang. “Ya, begitulah, sekarang lagi masa-masa krisis buat para pedagang di Tanah Abang. Dibandingkan dengan 3-4 tahun lalu, sekarang udah sepi pengunjung,” ujarnya kepada Tempo, Senin, 18 September 2023.
Pedagang membuka kios di Blok F Lantai 2 Pasar Tanah Abang itu menjelaskan bahwa usaha yang dia tekuni saat ini memang bukan kelas perdagangan besar. Kesulitan pun tak jarang dihadapi setiap harinya. Hal serupa juga dialami oleh rekan-rekannya sesama pedagang di Tanah Abang. “Di beberapa blok, pengunjungnya sepi. Parah banget sekarang,” kata Rehan.
Dia juga mengungkap tidak sedikit toko yang sudah gulung tikar. Selain itu, toko-toko yang memiliki banyak cabang akhirnya memilih menutup gerainya secara massal.
Rehan menilai memang saat ini sudah ada perubahan tren belanja di masyarakat, dari yang semula offline bergeser ke online, seperti lewat e-commerce. Tiap pedagang sudah paham hal itu dan mulai mempersiapkan toko online-nya.
Namun begitu, saat ini para pedagang justru harus bersaing dengan banjir produk impor murah yang beredar secara online, salah satunya lewat TikTok Shop.
“Dulu pas Covid itu rame penjualan online di Facebook. Sekarang yang lagi rame TikTok, ya, pada beralih ke TikTok. Banyak yang mulai menekuni, gimana pun caranya,” ucap Rehan.
Tapi, kata dia, peralihan cara penjualan ke online juga tidak semudah yang dibayangkan. “Walaupun online, bikin live streaming, itu tetep susah. Ngga semuanya bisa langsung rame,” kata Rehan.
Rehan juga bukan tanpa berusaha. Ia tetap menekuni usaha pakaiannya dan mencoba menemukan solusi dari masalah-masalah yang timbul. “Kalau kalah di harga, kita coba cari barang yang ngga terlalu banyak saingannya. Mungkin dengan menjual barang yang berbeda,” tutur dia.
Pilihan Editor: Ekonom Ini Sebut TikTok Wajib Pisahkan Platform Media Sosial dan E-Commerce, Kenapa?