TEMPO.CO, Karanganyar - Pemerintah Kabupaten Karanganyar bersama Bank Indonesia (BI) Solo mendorong kalangan petani di wilayah Kabupaten Karanganyar untuk mengembangkan budidaya bawang putih. Bentuk dukungannya berupa pengembangan rekayasa genetik bawang putih dengan teknik penggandaan kromosom atau double chromosome.
Kepala Kantor Perwakilan BI Solo Nugroho Joko Prastowo mengemukakan dalam pengembangan rekayasa genetik bawang putih dengan teknik penggandaan kromosom itu, pihaknya bersama Pemkab Karanganyar bekerja sama dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pengembangan demplot khusus pembibitan dilaksanakan di Kelompok Tani (Poktan) Taruna Tani Maju di Dukuh Pancot, Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar sejak tahun 2017.
"Rekayasa genetik ini bertujuan mendapatkan varietas bawang putih Tawangmangu Super, dengan rasa dan kualitas lokal tetapi dimensi impor," ujar Joko, sapaan akrab Kepala Kantor Perwakilan BI Solo itu saat ditemui wartawan di sela-sela panen bawang putih demplot khusus pembibitan di Kelompok Tani (Poktan) Taruna Tani Maju di Dukuh Pancot, Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Senin, 11 September 2023.
Joko menjelaskan pengembangan bawang putih Tawangmangu Super saat ini sudah memasuki generasi keenam (G6). Secara umum, hasil pengembangan bawang putih dari tahun ke tahun sejak G1 menunjukkan perkembangan yang baik dari aspek produktivitas, dimensi, dan kondisi fisik lainnya, seperti peningkatan ukuran karakter vegetatif.
Di antaranya dari daun dan umbi, jumlah anakan yang semakin banyak, jumlah bunga dan biji yang lebih banyak, ketahanan terhadap penyakit, serta keseragaman tumbuh yang lebih baik.
"Selanjutnya hasil panen demplot pengembangan double chromosome itu akan dijadikan bibit pada musim tanam yang akan datang hingga diperoleh hasil yang optimal untuk kemudian dapat dikembangkan secara massal," katanya.
Lebih lanjut Joko mengatakan bawang putih merupakan komponen utama dalam bumbu masakan Indonesia sehingga permintaan terhadap komoditas ini sangat tinggi. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, produksi bawang putih nasional menunjukkan tren yang terus menurun yakni mengalami penurunan sebesar 33 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Faktor penyebabnya karena kualitas bawang putih domestik kurang disukai konsumen (dimensi kecil) sehingga menurunkan minat petani untuk menanam bawang putih yang kemudian diikuti dengan berkurangnya lahan tanam bawang putih," tuturnya.
Di samping itu, rendahnya produktivitas dalam negeri menyebabkan sekitar 95 persen kebutuhan dalam negeri bawang putih dipenuhi dari impor. Ketidakseimbangan permintaan dan pasokan bawang putih dalam negeri menyebabkan harga bawang putih kerap berfluktuasi dan bahkan mengalami kenaikan yang tinggi.
"Bawang putih menjadi salah satu penyumbang utama dalam inflasi bahan pangan yang berdampak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Ia menambahkan upaya untuk mengurangi ketergantungan impor bawang putih nasional perlu didorong dengan sinergi berbagai stakeholders baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan begitu, upaya mencapai swasembada bawang putih dapat diwujudkan.
"Untuk itu, Pemerintah dan Bank Indonesia terus bersinergi dengan berbagai stakeholders untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas bawang putih lokal sehingga bisa bersaing dengan bawang putih impor," ucap dia.
Langkah yang diambil antara lain dilakukan dengan mendorong pengembangan bibit varietas unggul berdaya saing tinggi yang menghasilkan umbi dengan dimensi mendekati bawang impor dan produktivitas tinggi, menggerakkan kelompok tani agar mau menanam bawang putih, dan pembenahan sisi hulu dengan penerapan Standard Operating Procedure (SOP) serta rantai pasar yang baik.
"Dengan demikian agar dapat menghasilkan bawang putih yang unggul harus menggunakan benih yang baik dari varietas unggul yang ditunjang dengan SOP yang baik dan lokasi serta waktu tanam yang sesuai," katanya.
Panen bawang putih pada 11 September 2023 dilaksanakan di lahan demplot dengan luasan sekitar 700 meter persegi. Panen bawang putih dirangkaikan dengan penyerahan simbolis bantuan bibit bawang putih sebanyak 1,2 ton bersama Pemkab Kabupaten Karanganyar untuk semakin menyemangati para petani di Karanganyar dalam mengembangkan bawang putih lokal.
"Pengembangan bibit varietas unggul, pemberian bantuan bibit dan pelaksanaan panen bawang putih bersama ini merupakan wujud komitmen dan sinergi bersama dalam upaya pengendalian inflasi melalui pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," ungkapnya.
Ia menambahkan kegiatan itu juga penting untuk menunjukkan komitmen BI, Pemerintah, dan berbagai stakeholder terkait lainnya untuk terus berupaya menggalakkan budidaya bawang putih lokal agar dapat memutus ketergantungan terhadap impor bawang putih. Selain itu, dalam kegiatan itu dihadirkan olahan kuliner yang menggunakan bawang putih lokal untuk membuktikan cita rasanya yang lebih unggul daripada bawang impor.
"Hal ini juga sebagai kampanye 'Kami bangga menggunakan bawang putih lokal dalam setiap sajian'," tuturnya.
Penggalakan kembali produksi bawang putih lokal menurut Joko, merupakan bagian dari strategi pengendalian inflasi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor.
Ke depan, ia berharap bawang putih lokal yang masih dianggap kurang berkualitas dibanding bawang putih impor dapat dipatahkan melalui pengembangan varietas bawang putih unggul berdasarkan kualitas produk, fisik, dan harga yang bersaing.
"Keberadaan para petani militan bawang putih di Dukuh Pancot ini diharapkan dapat menjadi penyemangat bagi petani daerah lainnya untuk menekuni bawang putih lokal untuk merebut kembali pasar bawang putih nasional," ucap Joko.
Pilihan Editor: Dugaan Mafia Bawang Putih, Ombudsman Mina Izin Impor Tidak Lagi Diatur Pemerintah tapi..