TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal merespons soal kesepakatan KTT ASEAN Plus Three, yakni Cina, Jepang dan Korea Selatan, untuk mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik. Menurut Faisal, pemerintah seharusnya memperhatikan terlebih dahulu perkembangan kondisi pasarnya.
"Karena kalau melihat dari animo atau antusiasme pemerintah, memang sangat antusias sekali sampai memberikan berbagai macam insentif. Cuma pasar memang tidak serta merta merespons dengan antusiasme yang sama," kata Faisal saat dihubungi Tempo, Jumat, 8 September 2023.
Menurutnya, penyebab pasar kendaraan listrik di Indonesia sendiri masih rendah adalah kesiapan infrastukturnya. Antara lain soal keberadaan charging station atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Karena itu, pemerintah perlu memperhatikan dari sisi harga dan kemudahan aksesnya bagi masyarakat.
"Jadi makanya dari realisasi pembelian atau adopsi kendaraan listriknya masih rendah. Terutama sekali untuk sepeda motor listrik," ucap Faisal.
Dengan demikian, pemerintah kini perlu mencari cara untuk mengembangkan pasar kendaraan listrik ini. Terlebih pemerintah sudah menyepakati berkomitmen mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dengan ASEAN plus three, yaitu Jepang, Korea, dan China.
Sehingga, menurut dia, kuncinya ada pada investasi yang lebih dulu ditujukan untuk pembangunan infrastruktur pendukung. Sebab tanpa infrastruktur pendukung, pasarnya pun tidak akan berkembang dengan baik. Bila infrastruktur pendukung seperti SPKLU belum mumpuni, konsumen masih akan memiliki banyak keraguan dalam membeli kendaraan listrik. Ditambah soal harganya yang dinilai masih tinggi.
Karena itu, Faisal mengatakan kerja sama kendaraan listrik pada KTT ASEAN perlu mengedepankan pembangunan seluruh ekosistemnya. Termasuk penyediaan energi listrik, penyediaan SPKLU, dan juga rantai pasok industrinya.
Di samping itu, ia menilai ASEAN semestinya bisa saling menjalin kerja sama soal rantai pasok. Mengingat Indonesia bisa menjadi penyedia baterai kendaraan listrik karena memiliki cadangan nikel. Lalu negara-negara anggota ASEAN lainnya seperti Thailand yang sudah lama menjadi hub perakitan otomotif. Ditambah kini Malaysia menjadi lokasi kantor pusat Tesla di Asia Tenggara.
"Sehingga bisa jadi satu kesatuan produksi, yang masing-masing punya keunggulan komparatif dengan memanfaatkan pasar yang sama di ASEAN," ucapnya.
Pilihan Editor: Industri Kendaraan Listrik jadi Incaran Investor di KTT ASEAN, Ekonom: Rantai Pasok di Asia Tenggara Harus Terintegrasi