TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto menyatakan nilai tukar atau kurs rupiah pada Jumat, dipengaruhi penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pascarilis data jobless claims (klaim pengangguran) AS yang meleset dari perkiraan.
“Ini menunjukkan kondisi ekonomi AS masih lebih baik dari negara-negara lainnya di dunia,” ujar dia ketika dihubungi Antara di Jakarta, Jumat, 8 September 2023.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah 0,05 persen atau 7 poin menjadi Rp 15.335 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.328 per dolar AS.
Dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data klaim pengangguran Amerika Serikat tak sesuai ekspektasi, sehingga memicu spekulasi kenaikan suku bunga The Fed.
Klaim tunjangan pengangguran awal AS turun 13 ribu menjadi 216 ribu pada pekan yang berakhir pada Sabtu, 2 September 2023, mencapai level terendah sejak pertengahan Februari 2023. Klaim tersebut telah menurun selama empat minggu berturut-turut.
Selain itu, rupiah melemah juga dipengaruhi rilis Purchasing Managers' Index (PMI) Services AS yang lebih baik dari perkiraan menjadi 54,5 dari ekspektasi 52,5. “Ini meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan November 2023,” ucap Rully.
Meninjau dari keadaan dalam negeri, cadangan devisa Indonesia turun menjadi US$ 137,1 miliar pada Agustus 2023 dibandingkan dengan posisi pada Juli 2023 yang mencapai US$ 137,7 miliar.
“Tekanan dalam jangka menengah masih akan tetap tinggi, dipengaruhi oleh risk-off sentimen terhadap emerging market,” katanya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, terangkat 0,19 persen menjadi 105,0588 pada akhir perdagangan.
Pilihan Editor: Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 4.000 per Gram