TEMPO.CO, Magelang - Puput Setyoko, 30 tahun, menceritakan perkembangan bisnisnya Jamur Borobudur yang didirikannya pada tahun 2013. Jamur Borobudur merupakan tempat budidaya jamur lingzhi, tiram, dan kuping di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman.
Di awal, pada 2013, tempatnya itu hanya berupa budidaya jamur saja. Kemudian pada 2016 berkembangan dan memiliki tempat pengolahan jamurnya. Berlanjut dua tahun kemudian, saat Candi Borobudur menjadi tempat wisata super prioritas, usahanya mulai didukung pemerintah melalui pelatihan dari sisi pendekatan wisata.
“UMKM—usaha mikro kecil menengah—ini akhirnya jadi tempat kunjungan wisata. Tapi jadi tempat produksi yang dikunjungi belum kita siapkan pendopo seperti sekarang ini mulai 2018 sampai sekarang,” ujar dia di Jamur Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu, 30 Agustus 2023.
Saat ini Puput memiliki 17 orang karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar wilayah Candi Borobudur. Setiap hari, karyawannya itu mengolah jamur menjadi keripik saja sebanyak 40 kilogram sehari. Selain itu, Jamur Borobudur itu juga memproduksi media tanam atau baglog untuk budidaya jamur sebanyak 300-400 buah.
Untuk keripik, Puput berujar, biasanya dijual ke dua pasar yakni di tempatnya yang sudah dikemas menarik, dan pasar luar yang dijual tanpa mereka Jamur Borobudur. Sedangkan baglog, bisanya pihaknya memiliki kemitraan tersendiri. Misalnya ada yang tertarik budidaya jamur kemudian ditawarkan baglog, lalu nantinya hasil panennya bisa dibeli Jamur Borobudur.
“Nanti pasarnya gimana, jadi kita siapkan pasarnya kita tarik ke sini lagi,” tutur Puput. “Adapun untuk luar negeri, secara perusahaan kami belum sih, tapi perorangan ada yang pesan terus dikirim itu pernah.”
Jamur yang dibuat keripik itu berasal dari jamur kuping. Sementara jamur tiram kerap ditemukan di pasar hingga restoran. Di tempat Puput, jamur tersebut diolah menjadi berbagai macam makanan seperti sambal, rendang jamur, bakso jamur, sate jamur, dan berbagai macam produk lainnya.
Untuk jamur lingzhi, biasanya diolah untuk menjadi obat. Di dunia farmasi, kata dia, jamur yang ditemukan di Cina pada 2.000 tahun lalu itu kerap ditumbuk dan dibuat kapsul. Dulu, jamur itu untuk mengobati para bangsawan, karena susah didapatkan. Namun, sekarang hanya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan tumbuh, paling lama. Puput mengolahnya menjadi minuman seduh layaknya teh.
“Semua total omzet itu ya naik turun namanya usaha, mungkin sekitar Rp 100-140 juta. Tapi profitnya sekitar 30-an persen,” ucap Puput.
Pilihan Editor: Khasiat Jamur untuk Membantu Kendalikan Tekanan Darah