Tri menambahkan hilirisasi mineral di ASEAN juga menjadi tantangan lain, yang mana negara-negara ASEAN harus menguasai teknologi pemurnian mineral untuk membantu pengembangan hilirisasi di masa depan.
Untuk menghadapi hal tersebut, menurut dia, diperlukan kolaborasi negara-negara di ASEAN, mengingat negara anggota merupakan negara yang dikenal memiliki beragam jenis deposit mineral dan potensi yang sangat besar, selain juga untuk berbagi praktik kebijakan terbaik, mengidentifikasi bidang-bidang utama, dan memaksimalkan sumber daya alam dan cadangan yang dimiliki.
"Juga dengan mendiskusikan peluang kerja sama regional yang lebih besar, dengan tujuan untuk membuka potensi mineral kritis di kawasan ASEAN," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan MIND ID selaku Holding BUMN industri pertambangan di Indonesia, ditugaskan pemerintah untuk mengelola dan menghilirisasi sumber daya mineral, serta menjadi bagian dalam transisi energi, dengan menjaga rantai pasok komoditas yang dihasilkan dari mineral kritis, yang merupakan bahan baku dalam pengembangan EBT.
Oleh karena itu, menurut dia, tantangan yang ada dalam pengelolaan mineral kritis harus bisa dijadikan peluang besar untuk mewujudkan ketahanan energi ke depan.
"Dalam menghadapi tantangan geografis dan teknologi dari mineral kritis dan ekonomi sirkular untuk ekstraksi total, kolaborasi dan atau aliansi negara-negara yang kaya akan mineral dan teknologi diperlukan untuk membangun industri energi bersih yang tangguh dan berkelanjutan," ujar Hendi.
Pilihan Editor: Pemeliharaan Jalan di Ruas Tol Jagorawi Mulai Besok Minggu, Simak Titik Lokasi dan Jadwalnya