Reni menyampaikan, penggunaan anggaran DAK di Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti meliputi pembangunan gedung promosi sentra, gedung produksi, mesin produksi tepung sagu, hingga pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan instalasi pengolahan air gambut (IPAG).
“Kami melihat bahwa produksi tepung sagu kering dapat memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi ekosistem pelaku IKM pangan seperti produsen mie sagu, kue kering, kerupuk hingga berbagai jenis produk turunan pangan lainnya,” tutur Reni.
Sebelum berdirinya sentra IKM itu, ujar Reni, banyak petani maupun pemilik kilang sagu (pengolah batang sagu menjadi tepung sagu basah) yang menjual sagu basah ke luar negeri. Hal ini lantaran lokasi Kepulauan Meranti berdekatan dengan Malaysia.
"Padahal, sagu basah itu masih memiliki harga jual yang rendah," beber Reni.
Oleh karena itu, Reni menilai perlu upaya agar sagu basah yang belum diolah itu tidak dijual ke negara tetangga. Namun, bisa diolah menjadi sagu kering yang memiliki nilai tambah.
Sentra IKM Sagu di Kepulauan Meranti saat ini memiliki kapasitas produksi tepung sagu kering sebesar 400 ton per bulan, dengan kemitraan sebanyak 18 IKM kilang sagu dan mempekerjakan hingga 82 orang. Sentra tersebut juga menyuplai kebutuhan bahan baku para pelaku IKM pangan yang berasal dari berbagai wilayah di Riau.
Selain itu, Sentra IKM Sagu Meranti juga memiliki dapur produksi yang dilengkapi berbagai peralatan dan permesinan untuk mengolah tepung sagu kering menjadi berbagai olahan pangan. Dapur produksi itu juga memberikan peluang bisnis bagi masyarakat di sekitar sentra.
"Pengembangan Sentra IKM Sagu Meranti merupakan salah satu contoh penerapan hilirisasi industri dari sektor agrikultur yang dapat memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi perputaran perekonomian di masyarakat," ujar Dirjen Ikma Kemenperin itu.
Pilihan Editor: Gaji ASN Naik 8 Persen Tahun Depan, Berdampak pada Kinerja?