“Termasuk pinjaman online ilegal, crypto, maupun berbagai hal yang tentu mempunyai risiko, tidak hanya kepada sistem keuangan secara individu, tapi juga stabilitas sistem keuangan,” tutur Perry.
Selanjutnya ketiga, risiko terhadap perilaku manusia dan pola pikirnya. Menurut Perry, transformasi digital akan menurunkan kebutuhan dari tenaga kerja, sehingga bisa beresiko terhadap pengangguran, tapi juga hubungan antar manusia yang mungkin akan hidup didunia metaverse.
“Masalah perilaku menyangkut moral dan nilai berdasarkan Pancasila dan berbagai agama kita. Apakah islam, kristen, hindu, budha sangat juga memerlukan dan menggariskan pentingnya perilaku itu,” kata Perry.
Sekretaris Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta Yan Partawidjaja juga menyinggung soal risiko penggunaan teknologi kecerdasan buatan itu. Di antaranya yakni adanya pergeseran lapangan kerja.
Menurut dia, penerapan AI akan menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin dan berulang yang dapat berdampak pada tingkat pengangguran dalam jangka pendek.
“Perlu adanya pengembangan keterampilan dan pelatihan untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi perubahan ini,” ucap Yan.
Pilihan editor: Gubernur BI Ungkap 3 Manfaat Teknologi AI Bagi Sektor Ekonomi, Apa Saja?