Pada 31 Desember 2014, Luhut dilantik menjadi Kepala Staf Kepresidenan Indonesia yang pertama oleh Presiden Jokowi. Setahun kemudian, pada tanggal 12 Agustus 2015, Presiden Jokowi menunjuknya sebagai Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Pada 15 Agustus 2016, Luhut juga pernah ditunjuk oleh Presiden Jokowi sebagai pejabat sementara (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Selain aktif di politik, Luhut Pandjaitan juga mengepalai beberapa program pemerintah, termasuk Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, dan Koordinator PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Wilayah Jawa-Bali.
Di dunia bisnis, ia mulai merintis pada tahun 2004 di sektor energi dan pertambangan dengan mendirikan PT Toba Sejahtra Group. Grup tersebut bergerak di sektor pertambangan batu bara, perkebunan, kelistrikan, dan minyak serta gas.
Selain nama yang mentereng di dunia militer, politik dan bisnis, sosok Luhut Binsar Pandjaitan juga menjadi salah satu orang Indonesia yang namanya tercantum dalam Pandora Papers. Menurut notula rapat yang dibaca Tempo, Luhut tercatat sebagai Presiden Direktur perusahaan bernama Petrocapital SA yang berada di Republik Panama.
Pandora Papers juga mengungkapkan bahwa Luhut pertama kali ditunjuk sebagai Presiden Direktur Petrocapital dalam rapat yang diadakan pada 19 Maret 2007. Ia dipilih bersama dua orang lain dan berkantor di Guayaquil, Ekuador.
Pertemuan itu juga mengesahkan perubahan nama perusahaan dari Petrostar International SA menjadi Petrostar-Pertamina International SA. Namun, perusahaan tersebut hanya bertahan selama tiga tahun dan akhirnya dibubarkan dalam rapat pemegang saham luar biasa pada Juli 2010.
Juru bicara Luhut, Jodi Mahardi, mengkonfirmasi kabar bahwa Petrocapital dibentuk di Republik Panama. Ketika perusahaan minyak dan gas itu didirikan pada 2006, modal awal yang disetor sebesar US$ 5 juta atau setara dengan Rp 71,5 miliar menggunakan kurs saat itu. Perusahaan itu dibuat untuk mengembangkan bisnis di luar negeri, khususnya di wilayah Amerika Tengah dan Selatan.
Menurut Jodi, Luhut hanya menjabat eksekutif Petrocapital selama tiga tahun sejak 2007. Ketika Luhut memimpin, perusahaan tersebut gagal memperoleh proyek eksplorasi migas yang layak. Jodi membantah kabar bahwa Luhut berkongsi dengan perusahaan minyak milik pemerintah Indonesia dan mengubah nama perusahaan.
Selanjutnya: Rekam jejak Airlangga Hartarto...