TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia atau MTI Aditya Dwi Laksana menanggapi rencana operasional LRT Jabodebek pada 18 Agustus 2023. Menurut dia, jika melihat karakter rute light rail transit (LRT) sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Karena menghubungkan dari area sub-urban, ke daerah urban. Katakanlah menuju ke Bekasi Timur sama menuju ke Cibubur,” ujar dia saat dihubungi pada Jumat sore, 7 Juli 2023.
Namun, ada lima catatan yang diberikan Aditya. Pertama, frekuensi perjalanannya harus tinggi, atau headway—waktu antara dua sarana angkutan untuk melewati suatu titik—rapat. Kedua, kecepatan kereta. Meski tidak setinggi mass rapid transit (MRT Jakarta), tapi 60 kilometer per jam masih cukup.
Ketiga, kata Aditya, yang penting adalah aksesibilitas ke stasiunnya mudah. Terutama stasiun-stasiun yang tidak berada di dalam kota seperti Harjamukti, Ciracas, Kampung Melayu, Cikunir, dan Jatimulya. Saat ini, dia menilai, konektivitas antara kereta rel listrik (KRL), bus Transjakarta, dan angkutan umumnya cukup bagus.
“Hanya aksesibilitas ke stasiun LRT Jabodebek haru mudah. Juga tersedia angkutan penumpang ke kawasan pemukiman,” ucap dia.
Selanjutnya, keempat perlu tersedianya park and ride atau parkir perpindahan moda dengan tarif yang flat. Kelima, soal tarif yang cukup critical. Karena harus menggunakan tarif progresif entah berdasarkan kilometer atau jarak atau stasiun. Selain itu tarif juga harus kompetitif.
Aditya mencontohkan misalnya jika tarif LRT Jabodebek lebih mahal daripada angkutan umum lain seperti ojek atau Transjakarta, itu berarti tidak kompetitif. “Sampai sekarang kita masih menunggu tarif, yang baru keluarkan baru tarif terjauhnya antara Rp 15-25 ribu. Tapi tarif belum ada ketentuan resminya,” tutur dia.
LRT Jabodebek akan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi pada 18 Agustus 2023, dan menjadi tanda operasional komersial kereta tersebut. Sebelum itu, pada 12 Juli 2023 akan dilakukan soft launching, di mana masyarakat bisa menjajal kereta dengan tarif Rp 1 secara terbatas hingga 15 Agustus 2023.
Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardojo menjelaskan selama periode soft launching pihaknya hanya menyiapkan 4 perjalanan. “Artinya hanya ada kurang lebih 600 masyarakat saja yang bisa ikut dalam perjalanan,” ujar dia.
Adapun soal tarifnya, kata Kuswardojo, masih dibahas dan belum diputuskan oleh Kementerian Perhubungan. Namun, LRT Jabodebek sudah mengusulkan tarif dasar Rp 5.000 hingga tarif maksimal Rp 25 ribu dengan rata-rata tarif Rp 12 ribu.
"Tarif 5 kilometer pertama kami mengusulkan di-range Rp 5.000-7.000. Itu usulan tarif dasarnya. Kemudian akan ada penambahan biaya per kilometer Rp 850 dan Rp 1.200. Makanya kita sama-sama tunggu dari kementerian seperti apa," kata dia.
Menurut Kuswardojo, soal tarif tentu tergantung dari pemerintah. Artinya seberapa besar pemerintah memberikan subsidi kepada warga masyarakat pengguna jasa LRT. Karena, menurut dia, semakin besar subsidi yang diberikan, maka pasti tarif juga akan semakin murah.
Pilihan Editor: LRT Jabodebek akan Diresmikan Jokowi, Ini Sederet Faktanya