TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sektor perbankan Indonesia tetap resilien. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan kredit pada Mei 2023 tumbuh 9,39 persen year on year (yoy) menjadi Rp 6.577 triliun.
"Hal tersebut didorong pertumbuhan kredit investasi sebesar 12,69 persen. Per jenis kepemilikan, pertumbuhan kredit umum bank swasta nasional domestik tumbuh paling tinggi, yaitu 15,2 persen yoy," kata Dian dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 4 Juli 2023.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) pada Mei 2023 melambat menjadi Rp 8.007 triliun atau 6,55 persen yoy. Pada April lalu, DPK tercatat sebesar 6,82 persen. Menurut Dian, hal tersebut terjadi karena adanya penurunan pada giro ke level 8,35 persen yoy.
Lebih lanjut, Dian mengatakan likuiditas kredit masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,77 persen dan NPL gross sebesar 2,52 persen.
Kredit restrukturisasi Covid-19 kembali mencatatkan penurunan nominal maupun jumlah nasabah, yaitu sebesar Rp 13,96 triliun menjadi Rp 372,07 triliun. Sedangkan jumlah nasabah, kata Dian, turun 100 ribu menjadi 1,64 juta nasabah.
Penurunan juga terjadi pada risiko pasar. "Ditinjau dari Posisi Devisa Neto (PDN), tercatat stabil sebesar 1,57 persen atau jauh di bawah threshold 20 persen," kata Dian. Permodalan perbankan juga masih di level solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan sebesar 25,21 persen.
Dian mengatakan pihaknya terus menjaga ketahanan perbankan terhadap tekanan kondisi makroekonomi, geopolitik, cyber attact. Termasuk penguatan digital maturity dan digital resiliency. "OJK juga meminta perbankan terus memperkuat tata kelola, manajemen assets and labilities, serta anti-fraud system," tuturnya.
Pilihan Editor: Program Penjaminan Polis, LPS: Perusahaan Harus Menertibkan Praktik Asuransinya