TEMPO.CO, Jakarta - Majalah National Geographic atau NatGeo dikabarkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 19 penulis kloter terakhirnya pada Rabu, 28 Juni 2023. Pemecatan itu merupakan bagian dari putaran kedua sebagai langkah penghematan anggaran perusahaan. Seperti apa profil Majalah National Geographic tersebut?
Profil Majalah National Geographic
Dilansir dari situs resminya, Yayasan National Geographic didirikan pada 27 Januari 1888 di Amerika Serikat oleh 33 orang yang tertarik pada bidang ilmu geografi. Pimpinan tertinggi pertamanya adalah Gardiner Greene Hubbard, lalu digantikan oleh sang menantu, Alexander Graham Bell.
National Geographic dibentuk dengan mengusung misi meningkatkan pengetahuan umum, khususnya geografi dunia. Lembaga itu memiliki kegiatan dengan mensponsori penerbitan majalah bulanan. Hingga kini, jumlah majalah yang dirilis diklaim lebih dari 9,5 juta eksemplar per bulan dalam 30 bahasa di 60 negara.
Sementara itu, National Geographic masuk ke Indonesia setelah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 28 Maret 2005. Acara tersebut disaksikan langsung oleh penerbit sekaligus pimpinan Kompas Gramedia, yaitu Jakob Oetama. Pada April 2005, majalah National Geographic Indonesia (NGI) menerbitkan tulisan cetak perdana.
Sejarah Majalah National Geographic
Dikutip dari Britannica, setelah didirikan pada 1888, awalnya organisasi nirlaba National Geographic berorientasi pada kehidupan alam dan geografi di Amerika Serikat saja. Namun, di bawah kepemimpinan redaksi Gilbert Hovey Grosvenor, majalah NatGeo berhasil dicetak dengan total sirkulasi 1.000.000 eksemplar pada 1926.
Majalah NatGeo disebut sebagai salah satu majalah pertama yang menghasilkan foto berwarna. Karya-karya artikel yang diproduksi diikuti dengan sajian gambaran kehidupan bawah laut, pemandangan dari stratosfer, dan tangkapan kamera hewan eksotis atau terancam punah di habitat aslinya.
Pada 2015, National Geographic Society dan 21st Century Fox membentuk National Geographic Partners. Diketahui, perusahaan media nirlaba tersebut memproduksi majalah, tayangan melalui saluran TV nasional, dan properti lainnya. Dari kesepakatan bersama, Fox mengendalikan 73 persen usaha dan sisa saham dimiliki masyarakat senilai US$ 725 juta atau setara Rp11,3 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.073 per dolar AS.
Selanjutnya: Fokus utama National Geographic Indonesia...