Lebih lanjut, dia menjelaskan perihal standar ganda IMF lainnya. Menurut Bahlil, Eropa dan dunia tengah membangun konsesus tentang pembangunan yang berkelanjuta lewat tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Oleh sebab itu, dia menilai jika Indonesia tetap mengekspor mineral mentah, tentu ada banyak bahan baku yang ditambang tanpa memperhatikan dampak lingkungan.
"Jadi, menurut saya ada standar ganda yang dibangun. Di saat yang sama negara, negara lain melarang ekspor, seperti Amerika, dia melarang ekspor semi konduktor, kenapa negara kita yang diusik?" tutur Bahlil.
Lebih jauh, Bahlil menuturkan hal ini menyangkut wibawa negara. IMF menurut Bahlil sudah pernah menjadikan Indonesia pasien yang gagal diagnosa.
"Apakah kita mengikuti dokter yang sudah membawa kita ke ruang rawat inap, dia masukan kita ke ruang ICU, ibarat orang sakit harusnya nggak operasi total, kemudian operasi total terus gagal?" ujar dia.
Sebelumnya, IMF mengimbau Indonesia untuk mempertimbangkan kebijakan penghapusan bertahap atas kebijakan pembatasan ekspor nikel, serta tidak memperluas pembatasan ke komoditas lainnya.
Hal itu berdasarkan dokumen IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia yang memberikan catatan tentang rencana hilirisasi nikel di Indonesia.
Dalam dokumen tersebut, IMF menyebut kebijakan harus berlandaskan analisis terkait biaya dan manfaat lebih lanjut. Selain itu, kebijakan juga perlu dibentuk dengan mempertimbangkan dampak-dampak terhadap wilayah lain.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan editor : Bahlil Minta UL Solution Bangun Fasilitas di Indonesia untuk Dorong Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik di Tanah Air