TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom, yang juga Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono, mengkritik proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Dia menilai KCJB menjadi pelajaran sangat mahal dari ambisi politik membangun proyek mercusuar tanpa perencanaan matang dan merugikan masyarakat.
“Akan menjadi beban anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dalam jangka panjang,” ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 27 Juni 2023.
Yusuf merinci estimasi yang optimis bagi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang baru akan balik modal di atas 40 tahun. Itu pun dihitung jika target penumpang 30 ribu orang per hari dengan tarif Rp 350 ribu per penumpang tercapai. Jika gagal, maka masa pengembalian modal KCIC bisa jauh lebih lama lagi yang sangat mungkin terjadi. “Sangat sulit terpenuhi.”
Jika jumlah penumpang ingin ditingkatkan, kata dia, maka tarif harus diturunkan. Namun, pendapatan KCIC akan semakin rendah, padahal mereka harus membayar cicilan utang beserta bunganya ke pihak Cina.
Yusuf menuturkan sangat mungkin APBN akan dibebani subsidi tiket yang masif untuk menarik penumpang. Rekomendasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tiket yang masih menarik adalah Rp 250 ribu per penumpang. Itu pun kemungkinan akan tetap menjadi beban penyertaan modal negara ketika KCIC gagal bayar.
“Sejak awal kita mengingatkan dengan biaya yang mahal dan daya angkut terbatas, KCJB akan tidak efektif sebagai transportasi massal. Sekaligus menjadi beban APBN sebagaimana Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta dan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek,” tutur Yusuf.
KCJB, dia melanjutkan, akan seperti MRT dan LRT, transportasi publik yang mahal dengan daya angkut terbatas. Subsidi tiket MRT dan LRT oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai Rp 1 triliun per tahun, padahal penumpang MRT hanya di kisaran 70 ribu orang per hari dan LRT hanya di kisaran 2 ribu orang per hari.
Yusuf membandingkan dengan subsidi tiket ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI. Baik kereta api jarak pendek, jarak jauh, kereta rel diesel (KRD) maupun kereta rel listrik (KRL) di Jabodetabek dan Yogyakarta. “Dimana penumpang KRL Jabodetabek saja mencapai 1,2 juta orang per hari,” ucap Yusuf.
Strategi dan peluang menurunkan kerugian proyek