Dari rincian sektor ekonomi yang mengalami NPL atau macet persentase tertinggi yaitu pinjaman konstruksi 6,01 persen, disusul perdagangan besa dan eceran 4,03 persen, usaha pertanian perkebunan dan kehutanan 2,13 persen, kredit konsumtif 1,24 persen dan pertambangan dan penggalian 0,03 persen.
Sewaktu terjadinya Covid-19, keadaan Mei 2023, debitur yang terdampak mencapai 121.881 akun yang nilai pinjamannya mencapai Rp 4,213 triliun. Namun yang menjalani restrukturisasi 83.769 akun yang nilai pinjamannya Rp 3,239 triliun. ‘’Tidak semuanya menjalani restrukturisasi,’’ ujarnya.
Secara terinci nasabah dari Bank Umum yang terdampak Covid-19 mencapai 35.091 akun yang nilainya Rp 2,849 triliun namun yang direstrukturisasi 21.267 akun senilai Rp 1,439 triliun. Kemudian di Bank Perkreditan Rakyat yang terdampak 15.815 akun senilai Rp 442 miliar yang ikut restrukturisasi 862 akun senilai Rp 50,215 miliar.
Sedangkan yang terdampak Covid-19 di perusahaam pembiayaan sebanyak 70.895 akun yang nilai pinjamannya Rp 1,912 triliun yang mengikuti restrukturisasi 61.590 akun senilai Rp 1,744 triliun. Terakhir dari dana PNM sebanyak 80 akun yang besar pinjamannya Rp 10 miliar dari 50 akun yang direstrukturisasi nilai pinjamannya Rp 5 miliar.
Pilihan editor: Kredit Perbankan Mei 2023 Tumbuh 9,39 Persen, Gubernur BI: Didorong oleh Kenaikan Permintaan