"Untuk massage oil, mereka bisa hasilkan sebanyak 90 botol kemasan 200 ml yang dijual dengan harga Rp 30 ribu per botolnya," ujar Retno.
Pembuatan minyak VCO ini sebenarnya sudah ditekuni Retno sejak tahun 2009 lalu, namun hanya untuk kebutuhan keluarga, namun setelah mendapat pelatihan dan pendampingan dari program ASTEA pada 2022, sudah mulai diproduksi untuk dijual ke pasaran.
"Di Bo'a, hanya satu hotel yakni Bo'a Vida yang selalu memesan VCO dan massage oil dari kami. Biasanya untuk buat kue dan pijat," katanya.
Namun VCO Nometo miliknya telah dipasarkan ke Kupang dan Sulawesi. Dari hasil penjualan minyak VCO dan massage oil, kata dia, Pokmas-nya bisa menhasilkan laba bersih sebulan sekitar Rp 2,2 juta, setelah dipotong biaya produksi.
"Biasanya hasil penjualan dibagi rata ke 14 anggota kelompok, dan kas pokmas," ujarnya.
Pokmas Tasi Bo'a miliki 4 anggota yang masih duduk di bangku sekolah, yakni dua siswa dari SMKN 1 Rote Barat dan SMAN 1 Rote Barat.
Salah satunya Rilda Feoh, siswa kelas 11, SMKN 1 Rote Barat. Dia mengaku mendapat kelonggaran dari guru sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler siswa. "Minyak VCO dan massage oil biasanya dijual ke guru-guru di sekolah," ujarnya.
Dia mengaku penghasilan dari penjualan VCO dan massage oil itu digunakan untuk kebutuhannya sehari-hari, sehingga tidak membebankan ke orang tuanya. "Biasanya buat beli pulsa, buku dan kebutuhannya sehari-hari."
Pilihan Editor: Jokowi Tegaskan Posisi RI Keberatan Atas Regulasi Deforestasi Uni Eropa: Proses Benchmarking Harus Terbuka dan Obyektif