TEMPO.CO, Bandung - Pendapatan PT Bio Farma secara konsolidasi pada tahun 2022 mencapai Rp 21,54 triliun atau turun 50,4 persen dibandingkan tahun 2021. Sedangkan laba bersih perseroan pada tahun lalu sebesar Rp 505,89 miliar, turun 74 persen dibandingkan tahun 2021.
Total EBITDA holding BUMN ini mencapai Rp 1,977 triliun, turun sebesar 51,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Rincinya, pendapatan Bio Farma tahun 2022 mencapai Rp 11,026 triliun, turun 63,6 persen dibandingkan tahun 2021.
Sejumlah indikator kinerja keuangan perusahaan tercatat menurun di antaranya karena selesainya program vaksinasi Covid-1 dari Kementerian Kesehatan. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Direktur Utama PT Bio Farma Soleh Ayubi.
Dalam keterangan tertulisnya, Soleh juga menyebutkan faktor lain mempengaruhi kinerja keuangan holding adalah penurunan permintaan alat tes diagnostik Covid-19 sejak pertengahan 2022. Vaksin dan alat tes itu yang sebelumnya mendominasi kontribusi penjualan selama beberapa tahun terakhir.
”Mulai tahun 2022, kami berkonsolidasi untuk mendorong penjualan produk non Covid agar maksimal dan di tahun ini kami berharap upaya tersebut lebih membuahkan hasil dengan mencetak angka penjualan sebesar Rp 18,23 triliun untuk produk non Covid,” kata Soleh Ayubi, dikutip dari keterangannya, Selasa, 20 Juni 2023.
Lebih jauh, Soleh mengklaim kinerja Bio Farma tahun 2022 relatif lebih baik dibanding tahun 2021 kendati terjadi penurunan pendapatan. Tahun 2023 Bio Farma akan melakukan perbaikan fundamental perusahaan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar kesehatan yang berubah diakibatkan perubahan pola konsumsi.
Selanjutnya: “Perubahan tersebut akan dimulai dari ..."