Dia mencontohkan, suku cadang kendaraan masih kontraksi, kemudian belanja pakaian pertumbuhan masih rendah, perlengkapan rumah tangga juga konsumsinya belum mengalami kenaikan. “Jadi sebenarnya kita tuh pulih tapi belum maksimal, belum bisa dikatakan kembali ke prapandemi Covid-19,” kata Bhima.
Selain itu, kekhawatiran ketiga adalah adanya tantangan dari sisi inflasi. Menurut Bhima, inflasi masih menjadi ancaman di Indonesia. Ditambah lagi adanya El Nino yang bisa mempengaruhi produksi pangan. Selain itu, harga bahan bakar minyak (BBM) belum turun meski harga minyak mentah turun.
Ada juga inflasi yang dodorong dari harga yang diatur pemerintah, seperti yang berkaitan rencana pembatasan solar, pertalite, dan gas LPG 3 kilogram. “Ini kalau dilakukan bersamaan imbasnya nanti kepada administered price akan naik dan akan mendorong inflasi,” ucap Bhima.
Jika inflasi kembali ke level 4-5 persen, dia berujar, maka akan mengganggu konsumsi rumah tangga yang menjadi kontributor terbesar dari pertumbuhan ekonomi. Kemudian dari sisi lapangan usaha, kata Bhima, salah satu yang menjadi kekhawatiran adalah di sektor industri manufaktur karena terjadi deindustriaisasi prematur, di mana porsi manufakturnya di bawah 19 persen.
Bhima menilai hal itu menjadi ancaman serius bagi ketersediaan lapangan kerja dan daya beli masyarakat yang bekerja di sektor manufaktur. Kekhawatirannya juga bisa berlanjut pada pemutusan hubungan kerja atau PHK massal di berbagai sektor manufaktur. “Jadi tantangan masih berat,” ujar dia.
Efek ikutannya, Bhima melanjutkan, soal inflasi juga berkaitan dengan suku bunga. Saat ini banyak masyarakat ingin membeli sepeda motor dengan metode kredit leasing dan beli rumah dengan kredit perumahan rakyat atau KPR. Sementara suku bunga akumulasi masih berlanjut kenaikannya.
“Ini akan menghambat dari belanja masyarakat terutama untuk pembelian kendaraan bermotor dan properti. Nah ini kan enggak bagus buat ekonomi. Jadi tahun depan ini masih diliputi oleh ketidakpastian yang tinggi,” tutur Bhima.
Pilihan Editor: Jokowi Izinkan Ekspor Pasir Laut, Kemenkeu Sebut Kontribusi ke Pendapatan Negara Kecil
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini