TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas kembali melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tetap berada di bawah level kunci US$ 2.000 dan memperpanjang kerugian untuk sesi kedua berturut-turut. Pelemahan ini karena greenback menguat setelah pemerintahan Biden menyatakan optimisme akan memiliki kesepakatan plafon utang yang lebih tinggi pada akhir pekan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, merosot US$ 8,10 atau 0,41 persen menjadi ditutup pada US$ 1.984,90 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$ 1.997,00 dan terendah di US$ 1.978,10.
Emas berjangka anjlok US$ 29,70 atau 1,47 persen menjadi US$ 1.993 pada Selasa, 16 Mei 2023, setelah terangkat US$ 2,90 atau 0,14 persen menjadi US$ 2.022,70 pada Senin, 15 Mei 2023, dan tergerus US$ 0,70 atau 0,03 persen menjadi US$ 2.019,80 pada Jumat, 12 Mei 2023.
Dolar naik ke level tertinggi tujuh minggu pada Rabu, 17 Mei 2023, didorong oleh optimisme tentang kesepakatan untuk memperpanjang plafon utang dan mencegah gagal bayar Amerika Serikat (AS) dan di tengah putaran data ekonomi kuat yang menunjukkan penurunan suku bunga Federal Reserve bisa datang lebih lambat daripada lebih cepat.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik setinggi 103,12, level terkuat sejak akhir Maret. Kenaikan indeks dolar diikuti kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun, menekan emas lebih lanjut.
Sementara inflasi terus turun, ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve pada pertemuan Juni telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, mengirimkan emas ke dalam koreksi.
Selanjutnya: Departemen Perdagangan AS melaporkan....