TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengatakan penghimpunan dana di pasar modal pada April 2023 terhitung tinggi. Nominalnya mencapai Rp 84 triliun.
"Dengan emiten baru tercatat sebanyak 33 emiten. Di pipeline, masih terdapat 115 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 135,31 triliun dengan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 63 perusahaan," Inarno dalam konferensi pers virtual pada Jumat, 5 Mei 2023.
Sementara itu, kata Inarno, penggalangan dana pada securities crowd funding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 28 April 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK. Rinciannya, sebanyak 383 penerbit, 147.142 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 828,58 miliar.
Inarno juga menyampaikan, pasar saham pada April 2023 menguat 1,62 persen month to date (mtd) ke level 6.915,72, dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp 12.29 triliun mtd. Adapun sebelumnya, pada Maret, pasar saham melemah 0,55 persen mtd di level 6.805.
Adapun secara year to date (ytd), kata Inarno, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,95 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp 18,91 triliun. Di mana pada 2023 net by tercatat 6,62 triliun ytd," kata Inarno.
Di pasar obligasi, lanjut Inarno, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,02 persen mtd dan 3,49 persen ytd ke level 356,80. Sementara untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp 173,3 miliar mtd atau Rp 388,3 miliar ytd.
Kemudian di pasar SBN, Inarno mengatakan non-resident mencatatkan inflow senilai Rp 4,16 triliun mtd. Sehingga, mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 22,8 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy senilai Rp 60,50 triliun ytd.
"Di industri reksa dana, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp 497 triliun atau turun 0,76 persen mtd dengan investor Reksa Dana membukukan net redemption sebesar Rp 4,49 triliun mtd. Secara ytd, NAB menurun 1,56 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp 9,3 triliu," ungkap Inarno.
Baca juga: Tinjau Jalan Rusak di Lampung, Jokowi: Jika Tidak Sanggup Perbaiki, Pusat Ambil Alih
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.