Penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp 72,24 triliun (23,83 persen dari target, turun 8,93 persen YoY). Penerimaan Bea Masuk tumbuh 8,84 persen YoY, didorong pelemahan kurs rupiah dan komoditas utama yang masih tumbuh meskipun kinerja impor sudah mulai menurun.
“Sementara itu, penerimaan cukai menurun 0,72 persen YoY disebabkan penurunan produksi Januari 2023 utamanya dari rokok SKM dan SPM Golongan Satu. Bea Keluar juga mengalami penurunan sebesar 71,66 persen YoY akibat moderasi harga CPO dan turunnya volume ekspor komoditas mineral,” kata Sri Mulyani.
Sedangkan kinerja pendapatan negara bukan pajak atau PNBP hingga akhir Maret 2023 terus mengalami pertumbuhan, mencapai Rp 142,7 T (32,3 persen dari target) atau tumbuh 43,7 persen YoY. Capaian positif ini terutama didorong oleh realisasi SDA non-Migas (68,3 persen dari target) berkat tingginya HBA dan berlakunya PP Nomor 26 Tahun 2022.
“Serta PNBP Lainnya (39,1 persen dari target) yang disumbang oleh peningkatan pendapatan atas layanan kementerian lembaga dan PHT,” ujar dia.
Adapun pendapatan Badan Layanan Umum atau BLU (21,9 persen dari target) juga mencatatkan pertumbuhan positif yang diperoleh dari meningkatnya pendapatan jasa pelayanan pendidikan PTN BLU. Sementara pendapatan kekayaan negara dipisahkan atau KND (9,4 persen dari target) stagnan.
“Dan pendapatan SDA Migas (23,8 persen dari target) turun yang disebabkan adanya penurunan ICP dan lifting minyak bumi,” kata Menkeu Sri Mulyani.
Baca juga: Istana Klarifikasi Pidato Jokowi di Jerman: Penutupan Seluruh PLTU pada 2050, Bukan 2025
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.