TEMPO Interaktif, Washington: Presiden Amerika Serikat Barack Obama berencana untuk mengambil tindakan keras terhadap praktek tipu daya industri kartu kredit yang membebani konsumen Amerika dengan utang bertumpuk dan suku bunga yang melonjak, kata pejabat Amerika, Minggu.
Penasihat ekonomi utama Gedung Putih Lawrence Summers mengatakan Obama akan sangat fokus dalam jangka pendek terhadap seluruh isu seputar penyalahgunaan kartu kredit.
"Kita perlu melakukan sesuatu untuk menghentikan pemasaran kredit dengan cara-cara yang membuat orang kecanduan terhadapnya," kata Summers dalam sebuah wawancara di acara bincang-bincang televisi NBC "Meet the Press."
Summers, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, mengatakan pemerintah mengawasi praktek-praktek yang mengakibatkan konsumen diperdaya untuk membayar bunga luar biasa tinggi yang mereka tak mampu membayarnya jika mereka tahu mereka menjebak dirinya ke dalam hal itu.
Summers dan pejabat lainnya dijadwalkan bertemu hari Kamis di Gedung Putih dengan eksekutif puncak dari perusahaan kartu kredit.
Pertemuan itu muncul saat para legislator di Kongres yang dipimpin Demokrat marah karena bank-bank dengan operasi kartu kredit yang membebani bunga dan upah yang tinggi adalah institusi yang mendapatkan talangan dari dana pajak pengguna kartu kredit itu.
DPR dan Senat mempertimbangkan aturan kartu kredit yang akan membatasi kemampuan perusahaan kartu kredit untuk menaikkan suku bunga terhadap kredit saat ini dan memerlukan syarat penutupan yang lebih berat.
Ketua Federal Reserve Ben Bernanke telah menentang kompleksitas praktek pinjaman konsumen yang didesain untuk membingungkan konsumen dan meningkatkan biaya pinjaman.
The Fed memperketat aturan praktek kartu kredit pada bulan Desember, namun undang-undang yang diusulkan akan membutuhkan waktu lebih panjang.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan penyalahgunaan kartu kredit menjadi prioritas Obama, yang menyoroti subyek itu dalam kampanyenya tahun lalu "Kami berharap dapat bekerja sama dengan Kongres tentang masalah ini," ujar Psaki.
REUTERS | ERWIN