Adapun soal pemilihan komoditas hortikultura yang ditanam, Prihasto mengaku Kementanlah yang memberikan rekomendasinya, yaitu penanaman bawang putih, kentang, dan bawang merah. Alasan tiga komoditas itu dipilih adalah untuk menjadikan hasil panennya sebagai subtitusi impor. Seperti diketahui, Indonesia masih bergantung pada impor bawang putih dan kentang. "Supaya mengurangi impor jadi tiga komoditas itu yang kita sarankan," ujarnya.
Sedangkan untuk bawang merah, Prihasto mengatakan, Sumatera Utara masih defisit bawang merah sehingga perlu didorong penanamannya di Humbang Hasundutan. Ia berujar rekomendasi itu berdasarkan Survey Identification Design atau SID yang dilakukan Direktorat Hortikultura.
Menurut dia, tanah di Humbang Hasundutan sebetulnya bukan tidak cocok untuk ditanami ketiga komoditas itu, tetapi perlu waktu proses yang panjang agar hasilnya bisa optimal. Masalahnya, ujar Prihasto, Kementan terpaksa melakukan seluruh pengkondisian tanah selama kurang dari enam bulan, yakni dari Agustus hingga Desember 2020.
Dia mengatakan proyek ini dimulai pada pertengahan tahun, sehingga Kementan terdesak untuk menyelesaikannya demi realisasi anggaran 2020 yang tak bisa loncat tahun. Padahal tanah di lahan tersebut perlu proses yang lebih lama, bahkan hingga bertahun-tahun agar bisa betul-betul subur.
Realisasi proyek ini juga semakin sulit karena para petani di Humbang Hasundutan belum pernah menanam komoditas hortikultura. "What do you expact? Susah kan? Ya sudah. Memang budaya itu seperti orang mengembalikan telapak tangan?" kata dia.
Berdasarkan pengamatan Tempo, sejumlah lahan food estate terbengkalai menjadi semak belukar ditinggalkan para petani. Salah satu petani food estate Humbang Hasundutan sejak tahap pertama, Irma Suryani Lumban Gaol, menuturkan sebagian besar lahan lumbung pangan ini ditinggalkan para petani lantaran tak sanggup lagi menanam usai gagal panen.
Selanjutnya: Musababnya, para petani hanya....