Ibrahim juga memberi catatan tentang pemulihan ekonomi Indonesia yang sedang mengalami kenaikan dan merata di seluruh sektor, di tengah ancaman resesi global.
"Walaupun Produk Domestic Bruto (PDB) tahun 2022 akan dipublikasikan di bulan Februari yang diperkirakan antara 5,2 - 5,3 persen, perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan hanya di 1,7 persen," kata Ibrahim.
Dia mengatakan, bagi pemerintah kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi adalah anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Ini menjadi salah satu instrumen yang bisa diandalkan ketika menghadapi berbagai macam ancaman, seperti pandemi Covid-19, serta harga minyak dan pangan yang melonjak.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) terus memperkuat respons bauran kebijakan guna menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi.
"Sedangkan bauran kebijakan yang dilakukan adalah memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI7DRR yang saat ini sudah mencapai 5,75 persen," tutur dia.
BI juga memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Dalam perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 187 point walaupun sebelumnya sempat menguat 190 poin di level Rp 14.887 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.075 per dolar AS.
Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 14.860 hingga Rp 15.940 per dolar AS.
Baca: Bos BRI: Transaksi Digital Naik 30 Persen, Transaksi Tunai Turun 10 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini