Selain itu, konsumsi listrik sektor rumah tangga masih mendominasi, kendati dari sisi industri dan bisnis sudah jauh lebih baik dibandingkan masa pandemi. "Kami PLN tentu siap mendukung pertumbuhan ekonomi dengan pasokan listrik yang andal sehingga khususnya sektor industri dan bisnis bisa bersaing dan makin tumbuh," ucapnya.
Dari data PLN tersebut, Darmawan menyebut penggunaan listrik untuk segmen rumah tangga, industri, dan bisnis masing-masing tumbuh 0,55 persen; 10,55 persen; dan 13,8 persen secara year on year. Adapun kegiatan belajar mengajar dan ibadah yang mulai dilakukan secara tatap muka membuat penggunaan listrik pada segmen sosial juga naik hingga 16,51 persen year on year.
“Pada November 2022, kami berhasil membukukan penjualan tenaga listrik sebesar 22,9 TWh. Jika dibandingkan dengan penjualan November 2021 lalu, ada kenaikan sebesar 2,31 persen," tutur Darmawan.
Faktor lain pendorong konsumsi listrik
Faktor pendorong lain peningkatan konsumsi listrik, kata Darmawan, adalah perubahan gaya hidup masyaraka. Warga sebelumnya bertumpu pada energi berbasis BBM kini beralih ke energi listrik.
PLN memproyeksikan penjualan tenaga listrik secara nasional akan mencapai 283,22 TWh atau bertumbuh sekitar 5,35 persen pada 2023.
"Pertumbuhan paling pesat diperkirakan ada di beberapa wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Maluku, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Timur. Maluku diproyeksikan konsumsi listriknya tumbuh hingga 26,61 persen pada tahun 2023," kata Darmawan.
MOH KHORY ALFARIZI | ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.