Ia menjelaskan pada saat BTC naik akan diikuti dengan kripto lainnya yang akan berkembang dengan sangat positif. Bullrun Bitcoin diprediksi akan terjadi pada 2024. Namun tahun yang tepat untuk kembali mengakumulasi kripto adalah 2023. Karena tahun setelahnya, harga BTC berpotensi bisa jadi sudah menanjak terlalu tinggi lagi.
Hal serupa disampaikan Pelaksana Tugas. Kepala Badan Pengawas dan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko. Didid menduga tahun 2023 merupakan masa winter yang luar biasa untuk aset kripto.
“Tahun 2023 winter ini nggak selesai-selesai. Pertanyaannya apakah ini sudah di titik paling bawah? 2023 walaupun tidak semakin memburuk, tapi untuk rebound belum sepenuhnya masih sulit,” katanya.
Sementara itu, Wahyu Laksono, Founder Traderindo.com mengatakan tren BTC memang sedang turun, “Tetapi bukan karena dia aset kripto. Semua aset memang melemah terhadap dolar AS sejak kenaikan suku bunga The Fed,” jelas Wahyu.
Wahyu memaparkan mulai meredanya inflasi pada tahun ini dapat berimbas positif terhadap pergerakan aset kripto seperti Bitcoin, Meski demikian, potensi pelemahan Bitcoin pada 2023 juga masih cukup terbuka mengingat adanya ancaman resesi global. Dia melanjutkan kedua skenario tersebut berpotensi memicu turunnya nilai dolar AS.
Jika resesi terjadi, maka nilai dolar AS akan menguat terkait dengan sifat safe haven-nya. Di sisi lain, hal tersebut akan memaksa The Fed lebih realistis untuk menyelamatkan ekonomi dan pasar saham dengan memangkas suku bunga dan stimulus quantitative easing (QE). Sementara itu, jika inlfasi mereda maka The Fed akan cenderung tidak agresif dan mengeluarkan stimulus berupa quantitative easing.
“Jadi, apapun kondisinya dolar AS pada akhirnya potensial bergerak melemah. Yang menjadi pertanyaan adalah kapan penurunan ini terjadi,” lanjutnya. Adapun, Wahyu melanjutkan, secara fundamental BTC masih memiliki nilai dalam jangka panjang. Hal tersebut terlihat dari pengakuan dari institusi global dan bursa dunia terhadap aset ini hingga menjadikannya sebagai salah satu aset finansial
Wahyu memprediksi harga BTC masih akan terkonsolidasi pada tahun ini pada kisaran US$18.000 - US$25.000. Harga Bitcoin juga masih berpotensi terkoreksi hingga ke kisaran US$10.000 sebelum kembali ke level konsolidasi.
Sementara itu, jika The Fed melakukan pelonggaran kebijakan moneter dan memberikan stimulus quantitative easing, harga BTC dapat rebound dan menguji kisaran US$50.000 – US$60.000.
Pada awal kemunculannya, BTC memulai harganya pada level US$0. Pada Februari 2011, Bitcoin mencapai valuasi US$1. Tidak lama kemudian, harga aset naik menjadi US$10 dan kemudian menjadi US$30, menyebabkan lompatan 30 kali lipat untuk tahun itu.
Pada 2013, harga BTC melewati US$1.000 per token. Kemudian, harga BTC berhasil menembus level US$2.000 pada pertengahan Mei 2017. Pada masa pandemi virus corona, harga BTC terus mengalami kenaikan hingga mencatatkan all time high di US$68.789 pada November 2021.
ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca.