TEMPO.CO, Jakarta - Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto merespons Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mendorong pengiriman logistik beralih menggunakan kereta api dan kapal. Peralihan itu sebagai solusi kebijakan larangan truk over dimension over load atau ODOL—yang mengangkut barang dengan kelebihan muatan— tahun ini.
Menurut Sugi, untuk kereta api, slot-nya terbatas, karena berebut dengan slot penumpang. “Ini saya sudah menggunakan jasa kereta api dari tahun 1995, jadi mengalami, mengerti proses pasang surut semuanya,” ujar Sugi melalui sambungan telepon pada Sabtu, 31 Desember 2022.
Sejak dulu, Sugi mengatakan, saat masih single track sekarang double track, ditambah dengan kereta tambahan saat Natal dan Tahun Baru atau Lebaran, yang dikorbankan adalah kereta barang yang dikurangi. Dia menuturkan, hal itu harus disiasati, karena memang satu gerbong itu load-nya bisa sampai mencapai 40 ton dikurangi 2 ton berat kontainer menjadi 38 ton.
Sementara untuk truk 12 ton, yang kontainer fuso itu dia bisa 18 ton. Namun, Kemenhub juga harus tahu, kereta bisa menjadi pengganti truk yang kerap membawa barang over load, atau barang-barang yang kemasan berat. Jika ringan, seharusnya tetap selalu menggunakan truk, karena lebih cepat dan fleksibel.
“Selain itu, kalau kereta itu kontainer kan musti dibawa ke Sungai Laboa, atau ke Kampung Bandan, harus di bawa ke sana atau di bawa ke Cikarang seperti itu. Kalau dari Surabaya musti dibawa ke Staisun Halima,” tutur Sugi,
Sedangkan untuk kapal, menurut Sugi, memang cukup menolong untuk pengiriman logistik. Namun, hanya untuk rute Surabaya, dan waktunya lama bisa sampai lima hari. Karena rata-rata, closing kapal itu pada Sabtu dan Minggu.
Selanjutnya: masa loading hari Senin masa nunggunya Sabtu