Selain lokasi lahan di Desa Sirnagalih, Badan Geologi juga memeriksa tiga lahan relokasi di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Secara geografis, lokasi ketiga calon lahan relokasi berada di bekas HGU Betaraya, bekas HGU PT Ciranji, dan Kantor Kecamatan Mande.
Adapun Badan Geologi telah memetakan lokasi dan tingkat kerusakan bangunan dan lokasi gerakan tanah yang dihimpun baik melalui survei maupun informasi yang bersumber dari media massa dan penduduk.
Badan Geologi mengungkap kerusakan paling parah terjadi di daerah yang disusun oleh endapan breksi dan lahar Gunung Gede. Di Kecamatan Cugenang, intensitas mencapai VII-VIII MMI ditandai dengan kerusakan bangunan yang sangat masif serta terjadi gerakan tanah. Secara morfologi, daerah yang mengalami kerusakan pada umumnya adalah daerah dengan morfologi pebukitan bergelombang.
Kemudian, gerakan tanah terbesar yang dipicu oleh gempa ini berlokasi di Desa Cijedil, dengan menelan korban jiwa lebih dari 30 orang. Gerakan tanah ini berada pada area yang disusun oleh Produk Gunungapi Tua. Gerakan tanah juga terjadi Kampung Cisarva, Desa Sarampad.
Lebih lanjut, Badan Geologi mengungkap bahwa sesad penyebab Gempa Cianjur 21 November 2022 belum terdefinisikan dan mash memerlukan kajian lapangan lebih rinci. "Sebagai upaya mitigasi, bangunan yang berada pada dan dekat dengan garis sesar yang dipetakan secara regional harus dibangun dengan mengikuti kaidah bangunan tahan gempa bumi," ucap Wafid.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca juga: Gempa Cianjur, Klaim Asuransi Berpotensi Mencapai Rp 38,4 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.