Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai output industri mikro kecil untuk kelompok industri komputer, barang elektronik dan optik jeblok hingga 94 persen sejak tahun 2017 yaitu dari Rp 315,4 miliar menjadi Rp 16,4 miliar.
Output industri turun, impor naik
Sementara produk peralatan listrik dari Rp 442,5 miliar, turun 73 persen menjadi Rp 118,1 miliar. Sedangkan nilai impor mesin atau peralatan listrik mengalami tren kenaikan dari tahun 2017-2021 sekitar 3,25 persen.
Oleh karena itu, Reni berharap sejumlah nota kesepahaman yang ditandatangani bisa menjadi salah satu terobosan untuk mendorong kembali pertumbuhan industri kecil-mikro di bidang elektronika, kelistrikan, dan telekomunikasi melalui pembinaan bersama untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan kualitas produk IKM.
Dengan pembinaan bersama oleh tiga kementerian, IKM dapat semakin naik kelas dan mumpuni untuk memenuhi standar produksi yang diharapkan oleh BUMN. Walhasil, serapan produk dalam negeri khususnya produk buatan IKM dapat semakin menggerakan ekonomi nasional.
Dalam temu bisnis yang diselenggarakan sebelumnya, sebanyak 10 IKM telah menjalin kemitraan dengan BUMN. Beberapa kemitraan itu di antaranya dijalin antara 3 IKM dengan PTPN III, 1 Koperasi IKM dengan PTPN V, 5 IKM dengan PT PLN tahun 2021 yang lalu, serta 1 IKM dengan PT INKA.
Adapun startup binaan Ditjen IKMA, yaitu PT Dtech Inovasi Indonesia (design product engineering, smart machines, dan IoT), telah menjadi mitra PT INKA melalui anak perusahaannya yaitu PT Inka Multi Solusi Trading (IMST), dalam program substitusi impor dengan nilai kontrak Rp 2,5 miliar untuk pembuatan desain dan produksi kursi kereta api. Dtech juga telah memproduksi mesin CNC dengan nilai TKDN 43,11 persen.
NABILA NURSHAFIRA
Baca juga: Pemerintah Ingin Lepas dari Status Negara Middle Income Trap, Menperin Andalkan Sektor Ini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.